METROPOLITAN.ID - Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Sukabumi sejak Minggu, 3 Agustus 2025 sore menyebabkan dua sungai besar yakni Subgai Cibaregbeg dan Cicatih meluap.
Akibatnya, air meluber hingga ke permukiman warga dan menyebabkan banjir di dua kecamatan, yakni Cidahu dan Cicurug hingga merendam puluhan rumah serta fasilitas umum.
Luapan Sungai Cicatih yang cukup besar ikut menahan aliran Sungai Cibaregbeg dan menyebabkan banjir di Kampung Pasir Dalem RT 01/01, Desa Babakanpari, Kecamatan Cidahu.
Tercatat tiga rumah warga, satu musala, dan Madrasah Al Barokah terendam dengan ketinggian air mencapai sepinggang orang dewasa.
"Akses ke Kampung Lio lumpuh total karena jembatannya ikut terendam. Barang-barang kami selamatkan ke panggung madrasah, itu satu-satunya tempat yang agak tinggi," kata Elin, salah satu warga terdampak banjir.
Ia mengaku tak tidur semalaman menjaga barang-barang bersama dua keluarga lainnya yang mengontrak rumah.
"Anak-anak kami titipkan ke atas ke rumah neneknya supaya bisa istirahat. Kami yang jaga," sambungnya.
Ia mengaku bahwa warga sudah berkali-kali menyampaikan aspirasi kepada pihak berwenang atu pemerintah agar ada solusi permanen atas banjir yang terus berulang.
Namun, aspirasi tersebut belum jelas tindaklanjutnya dan pemerintah masih terkesan lamban dalam menangani persoalan banjir.
"Tapi belum ada tindak lanjut yang jelas. Kami sudah lama minta solusi," ungkap Elin.
Sementara itu, di Kampung Baru Lio, Desa Mekarsari, Kecamatan Cicurug, luapan Sungai Cicatih juga merendam rumah-rumah warga.
Ketinggian air bahkan mencapai dua meter di beberapa titik.
Warga sempat panik, bergegas menyelamatkan harta benda mereka ke tempat yang lebih aman.
"Rasa takut campur aduk. Kami hanya bisa berusaha semampunya," kata Gilang Ramadan, warga setempat.
Hingga berita ini diturunkan, belum terlihat kehadiran aparat pemerintah di lokasi banjir.
Warga mengaku belum mendapat bantuan atau sekadar tinjauan dari pihak berwenang.
Menurut sejumlah warga, banjir tidak hanya disebabkan oleh curah hujan tinggi, tapi juga karena alih fungsi lahan di hulu sungai menjadi kawasan perumahan serta kurangnya resapan air.
Kondisi diperparah oleh kebiasaan warga yang masih membuang sampah ke aliran sungai.
"Kalau sudah begini, siapa yang bisa disalahkan? Semua diam, tapi kami yang kebanjiran," ujar warga lainnya. (UM)***