METROPOLITAN.ID – Setelah sempat dinonaktifkan selama tiga hari, platform media sosial TikTok akhirnya kembali mengaktifkan fitur TikTok LIVE di Indonesia pada Selasa sore, 2 September 2025.
Keputusan ini disambut antusias oleh para kreator konten, pelaku UMKM, dan pengguna aktif TikTok yang selama ini menggantungkan aktivitas digital mereka melalui fitur siaran langsung tersebut.
Langkah reaktivasi ini diumumkan secara resmi oleh TikTok melalui pernyataan tertulis yang menegaskan komitmen perusahaan dalam menyediakan platform digital yang aman, beradab, dan inklusif bagi seluruh lapisan pengguna.
“Bersamaan dengan langkah ini, kami terus menempatkan upaya-upaya pengamanan tambahan selama beberapa waktu ke depan. Kami terus memantau situasi yang ada, dan memprioritaskan upaya dalam menyediakan platform yang aman dan beradab bagi para pengguna untuk berekspresi,” ujar Juru Bicara TikTok dalam keterangan resmi, Selasa, 2 September 2025.Live
Baca Juga: Sampai Kapan Fitur TikTok Live Diblokir? Konten Kreator dan UMKM Indonesia Meradang
Dari pantauan tim METROPOLITAN.ID di aplikasi TikTok pada pukul 19.30 WIB, ikon LIVE di bagian tengah bawah layar telah kembali aktif.
Sejumlah kreator sudah mulai melakukan siaran langsung, baik dalam bentuk interaksi dengan pengikut, sesi edukasi, hiburan, hingga kegiatan penjualan produk melalui fitur TikTok Live Shopping.
Aktivasi ulang fitur LIVE menjadi kabar gembira bagi banyak pihak, terutama para pelaku UMKM yang mengandalkan TikTok Live sebagai kanal penjualan digital utama mereka.
Dalam beberapa bulan terakhir, TikTok Live Shopping telah menjadi sarana efektif untuk menjangkau konsumen secara langsung dan real-time, terutama di kalangan pengguna Gen Z dan milenial.
Baca Juga: TikTok Matikan Fitur Live Sementara di Indonesia, Publik Ramai Kaitkan dengan Demo 29 Agustus
Sebagai informasi, fitur siaran langsung TikTok sempat dinonaktifkan secara sukarela oleh platform tersebut sejak Sabtu malam, 30 Agustus 2025.
TikTok tidak menjelaskan secara rinci alasan teknis penonaktifan itu, namun menyebut langkah tersebut sebagai bagian dari pengamanan tambahan dalam situasi yang dinilai sensitif.
Keputusan itu diambil di tengah suasana digital yang cukup dinamis di Indonesia, seiring meningkatnya penggunaan media sosial dalam konteks penyampaian opini publik dan aktivitas daring lainnya.
