METROPOLITAN.ID - Universitas Indonesia (UI) kembali menggelar Majelis Nyala Purnama di Makara Art Center, Rabu 10 September 2025. Agenda tahunan itu menghadirkan ruang perjumpaan lintas budaya dengan tema Humanisme Kultural Gus Dur.
Tema ini dipilih untuk memperingati hari lahir KH Abdurrahman Wahid pada 7 September lalu. Gus Dur dikenang sebagai tokoh pluralisme dan pejuang kemanusiaan yang menembus sekat agama, budaya, maupun politik.
“Humanisme Gus Dur justru berakar dari nilai Islam dan tradisi Nusantara. Karena itu bisa diterima luas dan diamalkan dengan mudah,” kata Direktur Kebudayaan Universitas Indonesia, Dr. Ngatawi Al Zastrouw.
Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, Dr. Bondan Kanumoyoso, menambahkan, humanisme kultural Gus Dur meneguhkan Indonesia sebagai rumah bersama.
“Kebudayaan menjadi ruang perjumpaan untuk menjembatani perbedaan dan membangun solidaritas sosial,” katanya.
Putri Gus Dur, Inayah Wahid hadir menyampaikan orasi budaya. Ia bercerita sisi personal ayahnya yang santai dan penuh humor.
“Pernah saya pulang jam sembilan malam. Gus Dur kaget, ‘Tumben kok pulang cepat?’ Saya jawab, ‘Ini malah baru mau berangkat kok.’ Kami pun tertawa bersama,” kenangnya.
Acara ditutup dengan meditasi bersama di bawah sinar bulan purnama yang dipimpin Dr. Turita Indah Setyani. Menurutnya, tafakur alam menjadi sarana meresapi kembali ajaran Gus Dur: melihat manusia dengan mata hati, bukan kacamata ideologi.
Selain orasi dan refleksi, Majelis Nyala Purnama juga diwarnai penampilan seni dari Mahwi Air Tawar, Swara SeadaNya, hingga D’Yello. (Ali)