Dia mempertanyakan sejauh mana tim di belakang Gibran membekali sang Wapres dengan pemahaman yang matang sebelum tampil di hadapan publik.
Baca Juga: Jangan Lewatkan! 6 Spot Kuliner Lezat Dekat Stasiun Bogor Yang Jadi Favorit
"Itu pentingnya punya pengetahuan. Coba belajar sedikit lah ekonomi one on one, public policy, supaya nggak bicara sesuatu yang keluh kesah kayak surat pembaca. Kan ini memperlihatkan, tim ini harusnya brief Gibran itu," ujar Rocky.
Rocky juga menyoroti, cara Gibran membaca teks yang terkesan terbata-bata, sehingga menyiratkan ketidaksiapan dan ketidakyakinan dalam penyampaian pesannya.
Hal itu, menurutnya, menjadi bahan empuk bagi netizen untuk membully sang Wapres secara masif.
"Bayangkan Gibran (sebagai) Wakil Presiden bicara, setelah dia bicara, netizen bully dia dan nggak bisa dijawab. Kenapa? Gugup. Baca teleteks, baca prompter pun terbata-bata," lanjutnya.
Lebih jauh lagi, Rocky menyayangkan posisi Gibran yang menurutnya seolah dipaksa tampil dalam panggung yang belum sepenuhnya ia kuasai.
Pihaknya menilai bahwa, Gibran tidak memiliki konsep yang benar-benar tertanam dalam benaknya, sehingga apapun yang ia ucapkan terasa tidak otentik dan cenderung kaku.
Baca Juga: Pingin Coba Tari Jaipong sampai Jago? Sanggar Obor Sakti Tawarkan Jajan Seni Cuma Rp25 Ribu
"Artinya, konsepnya nggak ada di kepala. Kalau konsep ada di kepala, pakai fasilitas apa pun itu akan lancar aja bicara. Sayang sekali Pak Wapres ini dipaksa untuk naik kelas yang nggak dia mampu," kata Rocky.
"Lama-lama disuruh ngomong soal human security, disuruh ngomong environment etik, macam-macam, yang akhirnya bolong itu. Kasihan," tandasnya.