METROPOLITAN.ID — Seorang pasien BPJS Kesehatan, Nur Farhan (27), warga Bogor, sempat kritis di ICU RSUD Kota Depok usai operasi usus buntu yang diduga terlambat dilakukan. Keluarga mempertanyakan lambatnya respons medis sejak pasien datang dengan kondisi darurat.
Dari sumber yang dihimpun metropolita.id, Farhan dilarikan ke IGD Jumat, 6 Juni 2025 dengan keluhan sakit perut hebat. Setelah diberi pereda nyeri dan infus, ia mengalami diare lebih dari 10 kali dalam sehari.
Hari berikutnya kondisi pasien semakin memburuk. Pemeriksaan USG baru dilakukan pagi hari, namun operasi baru dijadwalkan Senin.
Selama dua hari, pasien tidak bisa ke kamar mandi dan mulai sesak napas. Kateter dan oksigen baru diberikan Minggu sore atas permintaan keluarga. Operasi dilakukan Senin siang, namun kondisi sudah kritis, usus buntu pecah, infeksi menyebar ke ginjal, dan fungsi ginjal menurun drastis.
Keluarga mengajukan klarifikasi kepada RSUD Depok terkait lambatnya tindakan medis, dugaan keterlambatan akibat prosedur BPJS, serta minimnya komunikasi tim medis selama perawatan.
Baru Lakukan Penanganan Serius Setelah Viral
Keluarga pasien Nur Farhan, yang sempat viral karena dugaan keterlambatan penanganan di RSUD Khidmat Sehat Afiat, akhirnya bertemu manajemen rumah sakit pada Senin 10 Juni 2025 untuk mengklarifikasi kejadian.
Perwakilan keluarga, Joe Salim, diterima Manager on Duty RSUD, Heru Mulyana. Dalam pertemuan itu, keluarga menyampaikan kekhawatiran atas dugaan keterlambatan penanganan usus buntu pecah yang berdampak pada ginjal pasien.
Heru menegaskan, tak ada kelalaian. Menurutnya, kondisi pasien sudah berat sejak awal, terutama karena penurunan fungsi ginjal.
"Keputusan medis harus diambil hati-hati," katanya.
Joe mengapresiasi penjelasan Heru yang dinilainya komunikatif. Namun ia menyayangkan sikap salah satu dokter yang mempertanyakan alasan pasien tak langsung ke rumah sakit pusat.
“Dalam kondisi darurat, pertanyaan seperti itu tak semestinya muncul,” ujarnya.
Kabar baiknya, kondisi Farhan kini membaik dan mulai stabil. Joe berharap pelayanan profesional terus berlanjut, bukan karena tekanan publik atau viral.
Kasus ini sudah dilaporkan ke Wakil Wali Kota dan Dinas Kesehatan Depok. Evaluasi layanan RSUD di Depok pun direncanakan.