METROPOLITAN.ID - Deretan motor ojek online (ojol) berbaris di sepanjang Jalan Kartini, tak jauh dari Stasiun Depok Lama. Bukan hanya di bahu jalan, melainkan mereka parkir di atas trotoar yang seharusnya menjadi hak pejalan kaki.
Fenomena ini memicu kerisihan dari warga yang merasa ruang berjalan kaki dirampas kendaraan bermotor.
Pantauan di lokasi, puluhan pengemudi ojol tampak ngetem di depan pintu keluar Stasiun Depok Lama. Mereka berdiri di trotoar sambil menatap layar ponsel, menunggu pesanan penumpang.
Praktis, tidak ada ruang aman bagi warga yang berjalan kaki. Mereka terpaksa turun ke badan jalan yang padat lalu lintas, menantang bahaya kendaraan yang melintas.
“Setiap hari begini. Kita jalan mesti melipir ke aspal, padahal ini kan trotoar. Sangat mengganggu,” keluh Rina (29), warga Pancoran Mas, yang rutin naik KRL dari Depok Lama.
Kondisi ini tak lepas dari belum adanya fasilitas shelter khusus untuk ojek online di kawasan Stasiun Depok Lama. Padahal, kawasan ini menjadi titik ramai naik-turun penumpang setiap jam sibuk.
Warga sekitar pun mendesak adanya penataan yang lebih manusiawi dan terorganisir. Selain menjaga kenyamanan publik, keberadaan shelter akan menghindari gesekan sosial antara pejalan kaki dan pengemudi ojol.
“Kota ini butuh pengaturan yang lebih tegas dan berpihak pada publik. Jangan sampai karena tidak ada solusi dari pemerintah, masyarakat yang dikorbankan,” kata Roni (42), warga Kelurahan Depok.
Ironisnya, pihak pengelola stasiun maupun penyedia layanan transportasi online belum menyediakan tempat resmi untuk menunggu atau menaikkan penumpang.
“Sebetulnya kami juga bingung mau ngetem di mana. Kalau parkir di jalan malah dimarahi orang. Tapi kalau di trotoar ya begini, dibilang ganggu pejalan kaki,” ujar Yanto (33), driver ojol asal Citayam.
Ia berharap ada solusi jangka panjang, seperti shelter khusus yang terintegrasi dengan kawasan stasiun. (Ali)