metropolitan-network

Miris! Siswa SDN Cilimus Sukabumi Bertahun-tahun Numpang Belajar, Perbaikan Bangunan Sekolah Cuma Khayalan

Jumat, 19 September 2025 | 14:52 WIB
Sejumlah siswi SDN Cilimus, Kabupaten Sukabumi tengah berjalan di dekat ruang kelas yang mengalami ambruk dan belum diperbaiki sejak tahun 2023 silam. (Ist)

METROPOLITAN.ID - Sungguh miris nasib yang dialami para siswa-siswi SDN Cilimus, Kabupaten Sukabumi. Mereka bertahun-tahun harus belajar dengan menumpang ke sekolah lain.

Musababnya, bangunan sekolah yang berlokasi di Desa Nanggerang, Kecamatan Jampang Tengah itu mengalami kerusakan dan belum diperbaiki sejak 2023 silam.

‎Habudin, guru SDN Cilimus, mengatakan dari enam ruang kelas yang ada, lima ruang sudah ambruk sejak 2023. Akibatnya, 131 siswa harus dibagi ke tiga lokasi belajar berbeda.

‎“Dua kelas belajar di SMPN 5 Satu Atap, tiga kelas numpang di Madrasah Diniyah, dan satu kelas belajar di kantor sekolah,” kata dia, Jumat, 19 September 2025.

‎Habudin menuturkan, kerusakan gedung sekolah sudah terjadi sejak 2003 dan mencapai puncak saat bencana 2023. Meski laporan kerusakan rutin dikirim ke dinas, perbaikan hingga kini belum terealisasi.

‎Dia menambahkan, hampir setiap bulan pihaknya melayangkan permohonan bantun sekaligus melaporkan kejadian yang sebenarnya kepada instansi berwenang untuk ditindaklanjuti. Namun hingga kini belum juga ada jawaban.

‎"Kami setiap hari mengingatkan siswa agar tidak mendekati bangunan yang lapuk, karena khawatir roboh. Kami berharap pemerintah segera turun tangan memperbaiki gedung agar kegiatan belajar bisa berjalan normal,” tegasnya.

‎Kondisi tak kalah mengkhawatirkan terjadi di SMPN 5 Jampangtengah Satu Atap. Guru setempat, Pahrul Suganda, menyebutkan dua ruang kelas mengalami kerusakan serius pada rangka atap dan kusen pintu.

‎Saat hujan deras, air bocor membanjiri kelas dan membuat siswa berdesakan mencari tempat yang kering.

‎“Kami khawatir atapnya ambruk. Kalau hujan deras sejak pagi, kadang sekolah terpaksa diliburkan demi keselamatan siswa. Akses jalan berbatu dan licin membuat guru-guru pun kesulitan hadir,” ungkapnya.

‎Selain itu, satu ruang kelas SMP bahkan harus dipakai siswa SD karena keterbatasan ruang. Kedua sekolah hanya memiliki tiga guru berstatus ASN dan empat guru honorer, sehingga situasi belajar semakin berat. (um)

Tags

Terkini