"Di saat Pemain Berkeliling Lapangan menemui Suporter, Rombongan Pelatih Belanda hanya diam menonton dari bangku cadangan.
"Apalagi yg perlu dipertahankan lagi dari Rombongan Pelatih Belanda ini. PECAT KLUIVERT DKK," tulisnya.
Julukan 'Pelatih Tarkam' dan Isu Fasilitas Mewah
Sebelum kekalahan di Ronde Keempat, Andre Rosiade sudah melontarkan kritik keras dan menyebut Patrick Kluivert sebagai 'pelatih tarkam' (sepak bola antarkampung).
Julukan pedas ini merujuk pada kebiasaan Kluivert yang dinilai kurang fokus pada tugas kepelatihannya di Indonesia.
Kritik tajam tersebut muncul pasca-kekalahan telak Timnas Indonesia 0-6 dari Jepang pada laga pamungkas Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada Juni 2025.
Alih-alih langsung melakukan evaluasi, Kluivert justru kedapatan menghabiskan waktu dengan jalan-jalan di Kyoto setelah kekalahan memalukan di Osaka.
"Di saat suporter itu bersedih di Osaka, lagi sedih, kecewa... eh kawan ini yang pelatih Patrick Kluivert ini jalan-jalan ke Kyoto," tegasnya.
Baca Juga: Fraksi Golkar Dukung Raperda Grand Design Pembangunan Keluarga Kota Bandung 2025–2045
Selain masalah komitmen, Andre Rosiade juga membandingkan fasilitas yang didapat Kluivert dengan pelatih sebelumnya, Shin Tae-yong (STY).
Rombongan Kluivert berjumlah 14 orang, sementara STY sekitar 5-9 orang. Lalu seluruh stafnya difasilitasi tiket kelas bisnis (business class) untuk perjalanan internasional.
Andre Rosiade mengklaim STY dan staf Korea-nya hanya mendapatkan fasilitas tersebut dua kali setahun dari PSSI.
Kluivert dan timnya juga dinilai lebih sering berada di Eropa/Belanda dan baru datang ke Indonesia beberapa pekan menjelang FIFA Matchday.