METROPOLITAN.ID - Himpunan Alumni Sekolah Bisnis IPB University melakukan pemberdayaan desa berbasis digital di Desa Bojongkoneng, Babakanmadang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Kegiatan bertajuk Smart Village 4.0 ini jadi upaya mengembangkan potensi masyarakat desa agar mampu membangun desa yang berkelanjutan dan berdaya saing.
Optimalisasi pemberdayaan desa berbasis digital 4.0 dibarengi juga dengan pemberian Youth Leadership Development Program (YLDP).
Program pelatihan kepemimpinan yang dilakukan untuk memberdayakan masyarakat menjadi pemimpin-pemimpin lokal yang berperan sebagai motor penggerak dan agen perubahan bagi lingkungannya.
"Kita menyiapkan mereka bekal ilmu leadership dalam melakukan setiap kegiatan apapun baik itu belajar maupun berusaha di bidang UMKM," kata Ketua Himpunan Alumni SB IPB Irvandi Gustari.
Irvandi berharap bekal ilmu kepemimpinan yang diberikan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat desa di wilayah Sentul.
Pelatihan-pelatihan kepemimpinan dan kewirausahaan yang diberikan diharapkan dapat diaplikasikan dalam keseharian masyarakat baik untuk bekerja maupun berusaha.
"Kita bekali dengan berbagai macam ilmu-ilmu untuk menjalin relasi, memelihara relasi sehingga diharapkan bisa menghasilkan sesuatu yang positif," jelas dia.
Kegiatan berkolaborasi dengan sejumlah pihak antara lain Hadityawarman Foundation, Matahati Consulting, Sentul City, hingga Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) terkait permodalan untuk masyarakat desa yang ingin membangun usaha.
"Kita harapkan bisa menghasilkan sesuatu yang positif di kehidupan para peserta sehingga akan menjadikan sesuatu yang produktif. kita bekali di situ,"
Founder Hadityawarman Foundation Aditya Warman menjelaskan Smart Village 4.0 merupakan program pemberdayaan desa dengan menerapkan pendekatan terpadu. Termasuk, dalam hal pembangunan masyarakat, pemanfaatan sumber daya alam setempat, serta penerapan teknologi digital, tanpa meninggalkan kearifan lokal.
"Kami ingin mengajak masyarakat Sentul untuk melompat lebih jauh bersama-bersama," kata Aditya.
Aditya menekankan pentingnya penguasaan tool set sebagai metode peningkatan kemampuan masyarakat dalam bekerja maupun berusaha. Selain itu, Aditya memperkenalkan dua metode peningkatan kemampuan lain yakni skill set dan mindset. Ketiga metode tersebut saling berkesinambungan satu sama lain untuk menciptakan sudut pandang baru yang positif.
"Masalah utama saat ini ialah banyak orang yang gagal memiliki mindset tapi mereka tidak bisa langsung dibekali pelatihan tentang mindset. Untuk bisa menciptakan mindset perlu perpaduan tool set dan skill set," jelas Aditya.