Senin, 22 Desember 2025

Kisah Ummi Wahyuni Sebagai Komisioner KPU Kabupaten Bogor, Perempuan Pertama di Jantung Pemilu Bogor

- Kamis, 22 November 2018 | 07:44 WIB

Dari situ makin tertarik di dunia po­litik, tapi saya tidak mau masuk partai politik. Artinya jalurnya di penyeleng­gara. Akhir 2013 saya daftar jadi komi­sioner KPU Kabupaten Bogor dan lolos. Alhamdulillah saya menjadi perem­puan pertama di komisioner KPU sejak berdiri pada 2004. Jadi baru di periode ketiga ada komisioner perempuan per­tama di KPU Kabupaten Bogor.

Apa tantangan terberat selama men­jadi penyelenggara pemilu?

Banyak. Karena orang bilang teknis itu jantungnya pemilu, di situ ada ta­hapan dan tahapan pemungutan dan penghitungan suara. Ketika pencalonan, tidak sedikit godaan. Tapi balik lagi ha­rus taat aturan. Di pilkada 2018 juga menjadi pilkada yang terpanas diban­ding sebelumnya. Di pungut hitung juga punya tantangan dengan TPS yang mencapai 7635 dan luas gografis yang luar biasa.

Bagai­mana membagi waktu dengan keluarga? Ketika di rumah saya men­jadi seorang istri sekaligus ibu seperti pada umumnya. Yang penting itu komunikasi, Alhamdulil­lah keluarga mengerti posisi saya seba­gai komisioner ketika di luar dan seba­gai ibu rumah tangga ketika di rumah.

Ketika saya keluar rumah, urusan rumah saya pastikan sudah beres. Jadi saya tidak pernah meninggalkan rapat atau harus pulang tepat waktu karena alasan rumah tangga. Semua saya selesaikan dengan sebaik-baiknya.

Terakhir, apa cita-cita Anda sebagai penyelenggara pemilu?

Saya punya harapan besar tingkat kesadaran perempuan dalam berpo­litik, khususnya di Ka­bupaten Bogor mening­kat. Tentunya dengan diiringi juga mening­katnya kesadaran pe­rempuan untuk aktif sebagai penyelenggara di tingkat KPU, PPK, PPS sampai ke KPPS.

Peran perempuan di penyel­enggara belum maksimal. Ter­bukti di PPK saja kantung perempu­annya belum terisi penuh. Dari 40 PPK, perempuan yang menempati posisi ketua cuma satu yaitu di Nanggung. Kalau anggota di beberapa kecamatan ada, walaupun nggak lengkap.

Perem­puan jangan cuma diposisi sebagai pelengkap. Partisipasi perempuan ha­rus meningkat. Entah sebagai peserta pemilu seperti mencalonkan diri, penyel­engara maupun sebagai pemilih cerdas. (fin/d/rez)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X