Aku benar-benar kecewa pada Yoga. Lagi-lagi air mataku menetes tiada henti. Malam itu juga ku putuskan untuk pulang ke rumah mama di Bogor. Ini pertama kalinya diriku pulang larut malam. Dari pada terus meratapi Yoga dalam kesendirian, lebih baik pulang saja ke rumah.
Begitu tiba di rumah semua orang sudah pada tidur. Ku ketuk pintu berkali-kali sambil memanggil-manggil mamaku. Nggak lama kemudian mama keluar membuka pintu “Vita…! kenapa kamu pulang larut malam begini?” tanya mama. Aku nggak menjawab apa-apa melainkan langsung berlari masuk ke kamarku. Mendengar tangisanku dari luar mama menemuiku dalam kamar. Akupun curhat sama mama tentang hubunganku dengan Yoga yang mulai renggang. Mamaku memeluk sambil mengusap-usap rambutku penuh kasih sayang.
Keesokan harinya aku tidak bisa masuk kerja karena sakit. Mamaku mencoba mengabari Yoga, tapi Yoga selalu mengatakan lagi sibuk sehingga tidak bisa melihatku. Air mataku kembali menetes, ternyata Yoga lebih mementingkan pekerjaannya dari pada diriku. Padahal hatiku benar-benar sangat mencintainya.
Dua hari kemudian aku kembali masuk kerja, hatiku galau kembali seperti dulu. Kini ku mengerti kenapa dulu teman-teman mengejek ketika diriku membangga-banggakan Yoga. Terutama Siska, yang mengenalkanku pada Yoga. Mungkin Siska sudah tahu bagaimana sifat Yoga sebenarnya. Tapi dia tidak pernah memberitahuku. Apa Siska sengaja membuatku seperti ini.
Dua minggu berlalu, Yoga tak pernah lagi menghubungiku. Ketika itu hujan sedang lebat. Karena kangen, ku temui Yoga di tempat kerjanya. Betapa kecewanya hatiku melihat Yoga sedang bersenda gurau bersama perempuan lain. Pantas..!! Dia tak lagi mempedulikanku. Rupanya sudah dapat pengganti.
Sungguh tidak ku sangka hubungan kami berakhir seperti ini. Padahal semua rencana pernikahan sudah dipersiapkan. Tapi sekarang Yoga malah membuangku seperti sampah. Begitu cepatnya Yoga melupakan kenangan indah bersamaku
Meskipun hatiku masih sangat mencintainya, tapi diriku tak bisa berbuat apa-apa, mungkin Yoga memang bukan jodoh untukku. Semenjak hubungan kami berakhir, diriku tidak lagi memikirkan soal cowok. Aku ingin serius dulu pada pekerjaan. Kuputuskan untuk sendiri sampai saatnya tiba. Saat di mana diriku bertemu dengan jodohku.