Ya Tuhan, hatiku benar-benar ketakutan pada perasaanku. Jelas-jelas kutahu Pak Danar sudah menikah. Istrinya cantik serta memiliki tiga anak perempuan cantik pula. Mereka suami istri yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Perasaanku atau situasi yang salah? Mana mungkin pembantu rumah tangga sepertiku bermimpi sampai begitu.
Tidak mungkin, apalagi Pak Danar menganggapku tak lebih dari seorang pembantu meski kebetulan saja sudah akrab pada keluarga besar mereka. Lagipula usiaku masih sangat muda. Umurku masih 18 tahun, sementara Pak Danar sudah 32 tahun. Umurnya jauh di atas umurku. Bagaimana mungkin aku menyukai lelaki berumur jauh di atasku bahkan sudah menikah, walaupun dari cerita keluarga mereka bahwa pernikahan Pak Danar tak direstui keluarga. Tetapi karena Pak Danar sudah punya anak di luar nikah, maka keluarga mereka memutuskan menikahkan Pak Danar dengan istrinya, Bu Pipit, untuk menyelamatkan status anak mereka.
Aku merasa berdosa dengan perasaan ini, apalagi Bu Pipit sangat baik padaku. Dia sangat ramah, orangnya terlihat sabar walaupun agak pendiam. Jika mereka datang ke restoran atau sekadar mampir ke rumah Bu Anni, terlihat sekali Pak Danar sangat mencintai istrinya. Kadang hatiku sangat iri melihat cinta Pak Danar pada istrinya. Ah, seandainya perempuan itu adalah aku.
Aku tak berani berharap, hanya bisa melihat serta mengagumi sosoknya dari jauh. Mungkin inilah kata orang bahwa perasaan yang kualami adalah cinta pertama. Ya, selama ini aku belum pernah menyukai seseorang selain Pak Danar. Bahkan tak bisa kupungkiri bahwa semakin hari perasaanku semakin nyata. Ya Tuhan, aku benar-benar berdosa. Semakin baik Pak Danar padaku, semakin tersiksa hatiku pada perasaan tak berbalas ini.
Sekali pun dia begitu perhatian padaku, tetapi perhatiannya hanya sebatas kewajaran sebagaimana kakak pada adiknya. Ia bahkan melarangku memanggilnya Pak, melainkan mengharuskanku memanggilnya Kak Danar. Mulanya tak biasa tapi lama-lama jadi terbiasa dengan panggilan itu. Sebisa mungkin kututupi perasaan ini. Sebab, aku tak boleh merusak hubungan kekeluargaan dengan cinta tak terbalas. Perlahan-lahan kucoba menerima kenyataan bahwa Pak Danar hanyalah pangeran dalam mimpi malam serta khayalanku.
(bis/els/run)