Minggu, 21 Desember 2025

Kujalani Cinta Segitiga Ini meski Sesaat (2)

- Jumat, 13 Januari 2017 | 10:28 WIB

Ya Tuhan, hatiku benar-benar ketaku­tan pada perasaanku. Jelas-jelas kutahu Pak Danar sudah menikah. Istrinya cantik serta memiliki tiga anak perem­puan cantik pula. Mereka suami istri yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Perasaanku atau situasi yang salah? Mana mungkin pembantu rumah tangga sepertiku bermimpi sampai begitu.

Tidak mungkin, apalagi Pak Danar menganggapku tak lebih dari seorang pembantu meski kebetulan saja sudah akrab pada keluarga besar mereka. La­gipula usiaku masih sangat muda. Umur­ku masih 18 tahun, sementara Pak Danar sudah 32 tahun. Umurnya jauh di atas umurku. Bagaimana mungkin aku me­nyukai lelaki berumur jauh di atasku ba­hkan sudah menikah, walaupun dari cerita keluarga mereka bahwa pernikahan Pak Danar tak direstui keluarga. Tetapi karena Pak Danar sudah punya anak di luar nikah, maka keluarga mereka memu­tuskan menikahkan Pak Danar dengan istrinya, Bu Pipit, untuk menyelamatkan status anak mereka.

Aku merasa berdosa dengan perasaan ini, apalagi Bu Pipit sangat baik padaku. Dia sangat ramah, orangnya terlihat sa­bar walaupun agak pendiam. Jika me­reka datang ke restoran atau sekadar mampir ke rumah Bu Anni, terlihat se­kali Pak Danar sangat mencintai istrinya. Kadang hatiku sangat iri melihat cinta Pak Danar pada istrinya. Ah, seandainya perempuan itu adalah aku.

Aku tak berani berharap, hanya bisa melihat serta mengagumi sosoknya dari jauh. Mungkin inilah kata orang bahwa perasaan yang kualami adalah cinta pertama. Ya, selama ini aku belum pernah menyukai seseorang selain Pak Danar. Bahkan tak bisa kupungkiri ba­hwa semakin hari perasaanku semakin nyata. Ya Tuhan, aku benar-benar ber­dosa. Semakin baik Pak Danar padaku, semakin tersiksa hatiku pada perasaan tak berbalas ini.

Sekali pun dia begitu perhatian padaku, tetapi perhatiannya hanya sebatas ke­wajaran sebagaimana kakak pada adiknya. Ia bahkan melarangku memanggilnya Pak, melainkan mengharuskanku me­manggilnya Kak Danar. Mulanya tak bi­asa tapi lama-lama jadi terbiasa dengan panggilan itu. Sebisa mungkin kututupi perasaan ini. Sebab, aku tak boleh me­rusak hubungan kekeluargaan dengan cinta tak terbalas. Perlahan-lahan ku­coba menerima kenyataan bahwa Pak Danar hanyalah pangeran dalam mimpi malam serta khayalanku.

(bis/els/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Nenek Sakit, Suami nggak Kerja, Anakku Lahir Prematur

Kamis, 23 Februari 2023 | 19:00 WIB

Suami Lebih Mementingkan Keluarganya, Aku Harus Gimana?

Selasa, 21 Februari 2023 | 19:00 WIB

Ibuku tak Pernah Akur dengan Suami dan Anak-Anak 3

Kamis, 16 Februari 2023 | 19:00 WIB
X