Berkenalan dengan Masin membuatku jatuh hati meski saat itu aku berstatus tunangan orang. Dan meski ketika aku sudah menikah nama Masin masih melekat dan selalu muncul di dalam mimpiku. Bagaimana mengakhiri kisah cinta tak sampai ini?
Saat suamiku memutuskan untuk melamarku, bahagia sekali hati ini. Pertunangan kami pun berlangsung tapi karna tugas, kami harus menjalani hubungan pertunangan jarak jauh. Tak terasa setelah berjalan dua tahun, konflik batin pun aku alami. Namaku Septia, sedangkan tunanganku yang kini menjadi suamiku bernama Tama. Karna hubungan cinta kami kami jarak jauh, aku selalu merasa kesepian dan ketika hari pernikahanku semakin dekat, aku tergoda dengan sosok laki laki yang begitu baik dan dewasa, sebut saja namanya Masin.
Pertemuan kami terjadi alami dan tak disengaja. Yang berawal dari perkenalan di sosmed hingga akhirnya kami sepakat bertemu. Tatapan mata Masin, dan perhatiannya, membuat aku lupa bahwasanya diriku sudah bertunangan. Aku tergila-gila hingga lupa akan statusku saat itu. Kami pun memutuskan untuk menjalin hubungan.
Saat saya dan Masin menjalin hubungan, awalnya saya merasa ini godaan karna akan menikah, tetapi itu salah, semakin hari cintaku kepada Masin semakin besar dan semakin dalam. Hingga aku melupakan cintaku kepada Tama. Nama Masin ternyata melekat kuat di hatiku. Tapi apalah daya meski cinta kami sebesar dunia, kami pun memutuskan mengakhiri hubungan itu, karna kami merasa tidak mungkin bersatu dengan statusku, apalagi hari pernikahanku semakin dekat. Hancur dan sakit rasanya waktu itu, pertemuan terakhir di malam itu seperti meruntuhkan lagit.
Dan akhirnya pun saya menikah dengan mas Tama. Saya merasa berdosa waktu itu karena hati ini masih terbagi. Nama Masin masih tersimpan di hatiku yang terdalam. Hingga sekarang. Kejadian itu enam tahun silam dan kini usia pernikahan saya dan mas Tama sudah menginjak lima tahun Selama lima tahun ini kadang saya masih kabar kabar sama Masin, lewat sosmed. Merasa berdosa itu pasti karena aku seorang istri. Tapi aku tidak kuasa menahan hati ini selalu ingin tahu gimana kabar Masin.
Lima hari yang lalu, ada orang mengirim foto pertunangan Masin kepadaku. Seperti tersambar petir, lemas badan ini, kejadian itu mengingatkan aku akan malam dimana pertemuan terakhir kami enam tahun silam. Meski seperti ini sakitnya, aku iklas, aku bahagia untuk itu. Aku tidak boleh egois, dia pun berhak untuk jatuh cinta lagi. Aku merestui. Cinta tidak berarti memiliki.