Tahun ini akan menjadi tahun kelima Ramadan dan Lebaran tanpa keluarga. Aku berusaha ikhlas menjalani hari-hariku di panti jompo selama ini. Tapi aku tak bisa menutupi kesedihanku. Aku rindu anak dan cucuku, tapi sepertinya mereka mulai melupakanku.
NAMAKU Manto. Lebaran lima tahun lalu menjadi mimpi buruk buatku. Pada hari kemenangan itu, dia justru dibuang anak kandungku sendiri di jalan. Hal itu dilakukan pada malam takbiran. Saat itu, anakku yang paling besar ngajak keluar rumah naik mobil. Aku tanya mau diajak ke mana, tapi aku disuruh diam saja. Ternyata aku diturunkan di jalan.
Seingatku waktu itu aku disuruh duduk di jalan lalu mobilnya pergi. Kemudian ada orang memakai seragam Satpol PP, aku diangkut, dibawa ke panti sosial. Aku akui anakku memang terbilang kejam. Selain membuang aku, dia juga sempat menyiksa istriku yang tak lain ibu kandungnya sendiri. Aku memang menderita stroke. Di rumah aku nggak boleh keluar, aku disuruh di dalam kamar terus, dia malu aku sakit seperti ini. Malu dengan teman-temannya.
Aku sudah mengingatkan anakku agar dia tidak memperlakukan orang tuanya dengan kejam. Saat ini aku nggak tahu keadaan istriku. Kami sepertinya sengaja dipisahkan. Dulu saat tubuhku masih segar dan kuat, aku bekerja sebagai salah satu penjaga keamanan di pabrik makanan ternak.
Banting tulang. Anakku adalah penyemangat diri dalam mencari rezeki. Saat dia masih kecil, aku menyisihkan uang untuk membelikan sepeda, meskipun sebenarnya kondisi keuangan aku pas-pasan.
Saat anak rewel, dengan sabar menggendong agar ia kembali tenang. Saat anak sakit, aku ingat betapa aku dan istriku repot membawanya ke rumah sakit. Soalnya aku orang tak punya jadinya dia jahat, aku tidak bisa memberi makan akhirya ngomel-ngomel. Bapak minta maaf nak. Aku sudah berkali-kali ngomong nak bila bapak dan ibumu punya salah minta maaf, istrimu kasih tahu sekalian.
Pernah Lebaran tahun lalu aku pulang dengan maksud ingin bersilaturahmi dengan anak cucu. Tapi perlakuan mereka tetap kasar. Aku benar-benar dibuang. Aku hanya bisa berdoa agar anakku berubah. Aku sudah mengampuni anakku. Soalnya aku ingin pulang. Dia berharap waktu akan cepat berlalu, hingga suatu hari keluargaku menjemput dan kembali memerlukan kehadiranku