Setelah mengetahui kekasihnya ternyata gay. Aku pun memilih pulang. Sampai di rumah kulimpahkan semua tangis sakitku, aku kecewa aku marah tapi aku tak bisa melampiaskan kepadanya. Bagaimana mungkin, aku rela kehilangan temanku demi dia, ternyata dia seorang gay.
SAMBIL menangis ku ingat kalau dulu memang ada beberapa hal mencurigakan yang ku lihat tanpa sepengetahuan JJ. Mulai dari sms sayang di ponselnya tapi cuma ada nomornya saja, mulai dari kebiasaan JJ yang sulit dihubungi ketika lepas jam enam sore dan ketika mbakku bercerita dia pernah bertemu JJ di suatu mall dengan omnya tapi bergandengan tangan. Perih saat ku sadari setiap lepas sore dia sulit dihubungi karena dia asik berduaan sama pasangan sejenisnya. Sakit saat jam 9 malam dia menyuruhku tidur sementara dia asik bercumbu dengan pasangan gaynya, tangisku pun pecah.
Dengan muka lusuh dan mata sembab aku pergi kuliah. Tak ada seorang pun teman dan tak ada JJ. Dia selalu berusaha mencariku tapi aku selalu menghindar, benar-benar sepi aku sendirian, tak ada yang tau masalahku. Aku yang periang mendadak menjadi sangat pendiam, hingga JJ berhasil menemuiku di rumah. Aku tak bisa menghindar karena orang tua ku tak tau masalahku dan JJ.
JJ pun mengajakku keluar, di perjalanan aku hanya diam, untuk menatapnya pun aku nggak sanggup. Akhirnya JJ membuka pembicaraan dia meminta maaf ribuan kali padaku, sambil menangis dia memegang sebuah pisau dan berkata bahwa dia sangat mencintai aku. Dia akan berubah demi aku. Dia akan meninggalkan pasangan gaynya, jika aku tak mau maafkan dia rela untuk menyayat nadinya.
Melihat hal itu aku menjadi tak menentu, ada perasaan iba, sakit, sedih, marah, kecewa dan lain-lain. Tapi kubesarkan hatiku kumaafkan dia dan kami pun menjalani lagi hubungan kami. Tapi tiap malam mengganggu di pikiranku terlintas bagaimana hubungan intimnya bersama pasangan gaynya dan banyak hal lain yang menyayat hatiku.