Senin, 22 Desember 2025

Hidup Merana tapi Aku Pertahankan Agama Pilihanku (10)

- Senin, 19 Juni 2017 | 09:52 WIB

Aku pun seolah mendapat petunjuk untuk ke masjid, di mana tempat itu saksi aku menjadi seorang muslimah. Imam masjid itu mendengarkan semua peristiwa kelam yang terjadi padaku. Hingga akhirnya dia pergi meninggalkan aku, sambil berpesan akan segera kembali menemuiku. Rupanya dia pergi mencari tempat untuk aku tinggali.

TIDAK lama beliau kembali menemu­iku, sambil tersenyum dia katakan, mulai malam ini aku sudah memperoleh tem­pat tinggal. Aku diajak ke belakang ma­sjid, di situ ada sebuah bangunan tam­bahan yang terdiri dari beberapa ruangan. Biasanya ruangan itu untuk gudang menyimpan peralatan masjid, seperti tikar, kursi dll. Salah satu ruangnya tam­pak kosong dan dia menunjuk bahwa itulah rumahku. Aku boleh menempatinya selama mungkin aku mau. Ruang di se­belahnya ditempati pak tua penjaga ma­sjid, sehingga aku ada yang menemani.

Ruangan tersebut hanya berukuran kurang lebih 2x2 meter. Pak Imam masjid itu juga menambahkan, kalau nanti aku diberikan honor sekadarnya, kalau aku mau membantu-bantu membersihkan masjid sehingga cukup untuk makan. Bahkan beliau menambahkan kalau aku bisa datang ke rumahnya sekadar mem­bantu istrinya memasak, karena memang rumah beliau hanya beberapa ratus me­ter dari masjid.

Alhamdulillah, aku amat bersyukur ter­nyata Allah mendengar doaku. Aku ingat bahwa Allah tak akan menguji ham­banya dengan melebihi beban yang sang­gup dia pikul. Aku sudah bersyukur bisa memperoleh tempat berteduh, walau hanya kamarnya kecil (jauh lebih kecil dibanding kamar mandiku saat di rumah orang tuaku). Ada lagi yang membuatku merasa tenang, karena aku tinggal ber­dekatan dengan rumah Allah, setiap aku merasa sedih, aku tinggal masuk ke da­lam masjid dan mengadukan langsung pada Allah.

Karena tinggal dekat dengan masjid, otomatis salatku tidak pernah terlewat­kan sekalipun. Alhamdulillah, hidupku sedikit demi sedikit mulai tenang. Aku sering membantu istri pak Imam me­masak di rumahnya. Imbalannya, be­liau selalu membekali makanan untuk aku bawa pulang. Sehingga aku tidak perlu risau memikirkan makanan seha­ri-hari. Kalau pak Imam sekeluarga ada keperluan keluar kota, akulah yang di­titipi untuk menjaga rumahnya dan aku bisa tinggal di rumahnya. Sebenarnya mereka menawarkan untuk tinggal ber­sama mereka. Tapi aku tahu diri tidak mau terus-menerus merepotkan orang lain.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Nenek Sakit, Suami nggak Kerja, Anakku Lahir Prematur

Kamis, 23 Februari 2023 | 19:00 WIB

Suami Lebih Mementingkan Keluarganya, Aku Harus Gimana?

Selasa, 21 Februari 2023 | 19:00 WIB

Ibuku tak Pernah Akur dengan Suami dan Anak-Anak 3

Kamis, 16 Februari 2023 | 19:00 WIB
X