Bahkan Kang Amir bercerita sehari sebelum pernikahan kami digelar, dia sempat datang ke rumah untuk memenuhi undangan bapakku. Saat berada di depan pintu pagar rumahku, dia melihat aku menangis sedih pada Boby. Dia mendengar pembicaraan aku dengan Boby kalau aku tidak mencintai Kak Amir. Sejak saat itu Kak Amir merasa bahwa dia telah merampas kebahagiaanku. Meski begitu ia tetap mencintaiku. Dia akan menunaikan kewajibannya sebagai suami manakala di hatiku telah ada cinta untuknya. Alhamdulillah saat itu aku mulai mencintai Kak Amir. Kami pun saling berpelukan. Aku merasa bahwa dia adalah lelaki terbaik yang pernah kujumpai selama hidupku. Aku bahkan telah melupakan Boby. Aku merasa bahwa malam itu, aku adalah wanita yang paling bahagia di dunia. Sebab meskipun dalam keadaan sakit, untuk pertama kalinya Kak Amir mendatangiku sebagai seorang suami.
Hari-hari kami lalui dengan bahagia. Kak Amir begitu sangat kharismatik. Terkadang dia seperti seorang kakak buatku dan terkadang seperti orang tua. Darinya aku banyak belajar banyak hal. Perlahan aku mulai meluruskan niatku dengan menggunakan busana yang syar’i, semata-mata karena Allah dan untuk menyenangkan hati suamiku. Sebulan setelah malam itu, dalam rahimku telah tumbuh benih-benih cinta kami berdua. Alhamdulillah, aku sangat bahagia bersuamikan dia. Darinya aku belajar banyak tentang agama. Hari demi hari kami lalui dengan kebahagiaan.
Ternyata dia mencintaiku lebih dari apa yang aku bayangkan. Dulu aku hampir saja melakukan tindakan bodoh dengan menolak pinangannya. Aku pikir kebahagiaan itu akan berlangsung lama diantara kami, setelah lahir Abdurrahman, hasil cinta kami berdua. Tak lama, Kak Amir mengalami kecelakaan dan usianya tidak panjang. Sebab Kak Amir meninggal dunia sehari setelah kecelakaan tersebut. Aku sangat kehilangannya. Aku seperti kehilangan penopang hidupku. Aku kehilangan kekasihku. Aku kehilangan murobbiku, aku kehilangan suamiku. Tidak pernah terbayangkan olehku bahwa kebahagiaan bersamanya begitu singkat. Yang tidak pernah aku lupakan di akhir kehidupannya Kak Amir, dia masih sempat menasehatkan sesuatu padaku: “Dek.. Pertemuan dan perpisahan itu adalah fitrahnya kehidupan. Kalau ternyata kita berpisah besok atau lusa, kakak minta padamu Dek.., jaga Abdurrahman dengan baik. Jadikan dia sebagai mujahid yang senantiasa membela agama, senantiasa menjadi yang terbaik untuk ummat. Didik dia dengan baik Dek, jangan sia-siakan dia. Satu permintaan kakak.., kalau suatu saat ada seorang pria yang datang melamarmu, maka pilihlah pria yang tidak hanya mencintaimu. Tetapi juga mau menerima kehadiran anak kita.