METROPOLITAN - Aku sudah mencicip sedikit banyak pahit maniskehidupan berumah tangga selama empat tahun. Dan alhamdulillah menurutku, pernikahanku mencapai level sangat bahagia. Aku juga bersyukur mempunyai suami ideal dan dikaruniai seorang anak perempuan cantik. Kami berdua mencoba bersabar. Semua itu kami lalui dengan ikhtiar, doa, dan tawakal. Dan kurasa Ibu mertuaku sedikit bisa melunak, meski beliau tetap tidak mau mendampingi putranya di hari pernikahan. Bulan Agustus, 4 tahun lalu di hari pernikahan kami. Saat Suami diminta untuk mengucapkan ijab qabul, kudengar suaranya sedikit bergetar. Aku paham betul tanpa Ibunya, dia kehilangan separuh kekuatan. Karena hanya ibu lah satu-satunya orangtua yang dia miliki setelah ayahnya lebih dulu berpulang. Sepanjang acara aku memperhatikannya. Terlihat dia berupaya bersikap tegar, namun aku tetap bisa melihat guratan kecewa di rona wajahnya. Tangis kami berdua pun pecah saat sesi sungkeman. Meminta kembali restu kepada kedua orangtuaku dan kepada Budhe – Pakdhe (kakak ibu mertua) wakil orangtua di pihak laki-laki. Hati ini terasa sesak, tapi aku sadar bahwa harus melewati ini dengan kuat. Aku meyakinkan hal yang sama kepada suamiku. Maka kala itu aku berbisik padanya, “Kita akan berjuang bersama. Aku yakin semua akan baik saja.” Sekarang, kami sudah bersama sebagai pasangan sah suami istri. Aku tak henti mengingatkan kepada suami bahwa status kita tetap seorang anak yang wajib berbakti kepada Ibu tanpa mempermasalahkan hal yang sudah lalu. Kami tulus menyayanginya tanpa harus terus merasa sakit hati. Melakukan hal-hal baik yang memang sudah sepantasnya dilakukan. Tetap memuliakan Ibu sembari berpasrah kepada Yang Maha Membolak-balikkan hati manusia. Dan terbukti, doa kami selama ini terkabul dengan luluhnya hati Ibu hingga akhirnya beliau bisa menerima dan memberi restu atas pernikahan kami. Allah yang Maha Baik telah memberi bukti jika tawakal kami dijawab oleh-Nya. Memberi sebuah pengajaran untuk ikhlas dan sabar serta menunjukkan sebuah pengajaran bahwa kekecewaan adalah cara Tuhan mengatakan bahwa Dia mempunyai hal yang lebih baik untuk kita.Alhamdulillah, kini semua memang benar baik adanya. Cinta sepasang suami istri itu kuat, tapi jangan sampai mengalahkan cinta kepada-Nya. (*)