Senin, 22 Desember 2025

Aku Jadi Pemberani Usai Di-Bully

- Jumat, 9 November 2018 | 10:21 WIB

METROPOLITAN - Aku Chacha (nama samaran). Aku pernah mengalami hal yang sangat imbas bagiku. Saat itu aku duduk di kelas 6 SD, seharusnya ini menjadi masa yang akan penuh dengan kenangan indah karena setelah 6 tahun kita belajar bersama akhirnya kita akan mengingat dunia baru. Tapi, tak seperti yang kubayangkan. Setiap hari, ku berangkat sekolah seperti biasanya. Di sekolah aku tidak hanya belajar, tapi juga bermain dengan teman kelasku. Aku sangat akrab dengan teman sebangku ku, dia juga teman ku dari semasa TK dulu. Namanya, Maya (nama samaran). Aku tak hanya akrab dengan Maya dan juga dengan Afa (nama samaran) dan Rena (nama samaran). Di kelas aku dikenal sebagai anak yang cengeng, cupu, dan lemah. Keseharianku di sekolah tidak lain, menjadi bahan olok-olokan teman-temanku. Tak perlu ku sebut satu-satu siapa mereka. “Si Chacha mah bengeng ihh …”, “Di gituin doang nangis, emang cengeng” kurang lebih seperti itu cacian mereka. Saat belajar pun mereka menjauhi aku, mungkin karena aku tak sepandai-pandainya mereka. Ketika aku kesulitan dalam mengerjakan tugasku, tak ada yang mau membantu ku. Maya juga tak mengerti dengan tugas itu. Di saat itu aku mencoba bertanya pada temanku Vivi (nama samaran) karena dia sangat pintar, tapi dia tidak mau membantu aku, dia tidak menjawab pertanyaan ku. Akhirnya Maya yang harus bertanya pada Vivi, dan Vivi menjawab pertanyaan dari Maya. Tapi kenapa? Kenapa Vivi tidak menjawab pertanyaan ku? Apa kamu gak mau aku pintar seperti mu? Lalu mengapa? Tak hanya itu. Suatu saat, di jam istirahat rok yang ku pakai basah, karena tertumpah minuman. Temanku menyoraki aku dan kata “Ehh .. lihat tuh rok si chacha basah, ngompol tuh .. hahahaha” dengan perkataan nya itu, aku hanya menganggapnya sebagai candaan biasa. Tapi, semua isi kelas menertawakan aku dan mengolok-olok aku, karena perkataan itu. Sungguh, tak kusangka teman akrab ku pun ikut menertawakan aku. Saat itu, ku tak bisa menahan udara mata lagi. Ku langkahkan kakiku pergi mereka semua. Ku lari ke toilet murid dan sendiri menangis, sejadi jadinya sampai ku berlalu jam pelajaran, dan yang lebih mengiris hatiku saat itu, adalah karena tak ada dari mereka yang menghampiriku di toilet. Sampai ku bertemu salah seorang teman ku Ema (nama samaran) datang menghampiriku, dia murid baru di sekolah ku saat kelas 5. Detik-detik kelulusan ini, di sekolah ku diadakan acara maaf-maafan. Teman-temanku yang biasa mengolok-olok aku pun minta maaf padaku, tentu saja aku memaafkan kesalahan mereka itu.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Nenek Sakit, Suami nggak Kerja, Anakku Lahir Prematur

Kamis, 23 Februari 2023 | 19:00 WIB

Suami Lebih Mementingkan Keluarganya, Aku Harus Gimana?

Selasa, 21 Februari 2023 | 19:00 WIB

Ibuku tak Pernah Akur dengan Suami dan Anak-Anak 3

Kamis, 16 Februari 2023 | 19:00 WIB
X