Suatu weekend, dia menjemput saya dan anak-anak seperti biasa untuk refreshing. Tanpa sepengetahuan saya, ayahnya dari Manado datang. Jika saja hari itu bisa diabadikan, betapa kagetnya raut wajah ayahnya saat dikenalkan dengan ”teman dekat” anak laki-laki satu-satunya yang ternyata seorang janda dengan 2 anak.
KAMI speechless sepanjang jalan, hanya Stan yang berusaha mencairkan suasana. Sampai akhirnya ayahnya mau berbicara dengan saya dan anak-anak. Di hari-hari berikutnya justru ayahnya yang bersemangat bercerita dengan anak-anak saya, bahkan tampak berat saat harus kembali ke Manado.
Setelah ayahnya pulang, Stan hanya bilang satu kalimat ke saya, dia mau keluarganya tahu, kalau perempuan yang mau dia ajak untuk bersama sampai hari tua adalah saya. Saya menangis, itu tangisan pertama saya, sejak luka saat suami saya pergi. Saya menangis karena apa yang ayah saya katakan benar kalau nanti Tuhan ganti dengan yang lebih baik.
Saya menangis dengan semua ketulusan yang Stan lakukan ke saya dan anak-anak, sekalipun masa lalu saya kelam.
Sekarang saya sudah menikah dengan Stan, dan baru dikaruniai satu lagi bayi laki-laki yang sehat dan sempurna. Ternyata ”happily ever after” itu bukan hanya di buku dongeng saja.
Buat semua perempuan yang sekarang ada di saat paling suram, jangan berhenti berharap. Tetaplah menjadi baik sekalipun perlakuan orang tidak baik kepada kita, karena suatu hari kita pasti akan ditemukan oleh orang baik juga. Selalu ada pelangi setelah hujan dan Tuhan selalu memberi kita yang terbaik. (fim/suf)