Begitu juga dengan keluarga suami yang masih terus membicarakan mantan suamiku itu, hati istri mana yang tak sakit mendengarnya? Sungguh sulit menjadi pribadi yang ikhlas, namun sangat mudah selalu mencoba untuk kuat dan bertahan. Sampai detik ini masalah selalu bermunculan, dan aku selalu mengungkit masa lalunya setiap kali bertengkar.
KEMARAHANKU semakin memuncak disaat harus tinggal dengan mertua dalam kondisi hamil dan statusku sebagai mahasiswa semester akhir kutinggalkan sejenak, aku mengambil cuti, karena jarak tempat kerja suami dan kampusku jauh.
Hampir setahun tinggal dengan mertua dalam kondisi hamil hingga melahirkan, tak ada kebahagiaan yang ku rasa sedikitpun, aku merasa teraniaya dan disakiti, dikala setiap waktu ibu mertuaku menyuruhku melakukan semua pekerjaan yang belum pernah kulakukan sebelumnya.
Aku kadang merasa menyesal menikah dengan suamiku. Aku berasal dari latar belakang keluarga yang cukup baik secara ekonomi dan dipandang baik dikalangan masyarakat. Orangtua dan saudaraku terkenal dengan pendidikannya yang tinggi dan pekerjaan yang baik, berbanding terbalik dengan kehidupan keluarga suamiku. Bukan maksud membandingkan, tapi sekarang baru aku mengerti bahwasanya apa yang dikatakan orangtua itu selalu benar, carilah calon pendamping hidup yang bibit bebet dan bobotnya bagus, dan kamu akan bahagia.
Aku menyesal tak menuruti perkataan orangtuaku dan sekarang risiko yang kuhadapi adalah sikap dan tingkah suamiku kepadaku yang selalu menyakiti hati. Aku berdiam diri, padahal diri ini tak suka berdiam diri, terkadang aku sering mencoba meluapkan kemarahanku, aku merasa enggan ketika diajak suamiku berhubungan badan, apakah itu tanda-tanda tak bahagianya seorang istri? Dan aku menjawab dari hati nurani paling dalam.(cc/rez)