Senin, 22 Desember 2025

Setelah Menikah Suami Memperlakukanku Seenaknya (1)

- Kamis, 15 Agustus 2019 | 09:47 WIB

Sebenarnya aku adalah tipe orang yang tidak terlalu suka menceritakan hal-hal buruk tentang keluargaku, aku juga bukan tipe wanita pengeluh. Tetapi memang benar bahwa berbagi cerita ke orang lain itu penting juga untuk sekedar meluapkan perasaan supaya tidak terlalu tertekan.

Masalahnya kepada siapa aku harus bercerita, pertanyaan itulah yang membuat aku semakin tertekan selama ini. Oleh karena itu, melalui tulisan ini aku berharap bisa berbagi cerita dan mudah-mudahan ada hik­mah di balik cerita ini.

Sebut saja namaku Liyan (bukan nama sebenarnya), aku dilahirkan dari keluarga yang cukup dihormati di kampungku, mungkin itu semua karena ibuku masih keturunan darah biru, ayahku yang sangat santun dan nenekku juga seorang guru ngaji yang disegani.

Aku anak ke 4 dari 5 bersaudara dan merupakan anak perempuan satu-satunya. Masa kecilku cukup bahagia dengan dikelilingi 3 orang abang dan 1 adik laki-laki yang sangat protektif, sehingga ketika remaja tidak banyak pria yang berani mendekatiku karna mereka harus berhadapan dulu dengan abang-abangku.

Mungkin secara tidak disadari kar­na aku mengagumi sikap abang-abangku, membuat aku lebih meny­ukai cowok yang usianya lebih tua dariku untuk jadi pasanganku kelak. Oleh karena itu aku tidak pernah ter­tarik terhadap cowok yang seusia denganku, dan faktor inilah yang membuat aku berfikir lebih dewasa daripada umurku serta teman-teman sebayaku.

Beruntung Tuhan memberikan aku otak yang lumayan encer, maka Sejak SD sampe SMA kalo gak ranking 1 pasti dapat ranking 2, tak pernah le­bih rendah dari itu. Maka Setelah tamat SMP aku melanjutkan sekolah ke SMA di kota Kabupaten yang jaraknya sekitar 60 KM dari kampungku, se­hingga waktu SMA aku sudah kos dan belajar hidup mandiri.

Tentu saja pengalaman ini mem­buat aku makin dewasa dalam berfikir dan bertindak, maka tak heran walau­pun saat itu aku baru kelas 2 SMA konon katanya orang-orang nyaman bertukar fikiran denganku, tak terke­cuali seorang cowok Sarjana Eko­nomi yang usianya lebih tua 9 tahun diatasku, sebut saja dia Habieb.

Habieb adalah tetangga ibu kosku, dia cowok yang baik, tampan, mapan, dan juga soleh. Dia lah yang meny­emangatiku untuk istiqamah dalam menutup aurat. Perlahan karna kami sering sharing cerita akhirnya kami dekat satu sama lain dan untuk per­tama kalinya aku benar-benar jatuh cinta sama cowo, begitu juga sebaliknya aku sangat merasakan kalo diapun sangat mencintai aku. (Bersambung)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Nenek Sakit, Suami nggak Kerja, Anakku Lahir Prematur

Kamis, 23 Februari 2023 | 19:00 WIB

Suami Lebih Mementingkan Keluarganya, Aku Harus Gimana?

Selasa, 21 Februari 2023 | 19:00 WIB

Ibuku tak Pernah Akur dengan Suami dan Anak-Anak 3

Kamis, 16 Februari 2023 | 19:00 WIB
X