Orangnya lembut banget kalau bicara. Kami juga beda suku dan agama tapi dia tak peduli dengan hal itu. Dia orangnya asyik utk diajak ngobrol, perhatian dan suka bercanda. Dia juga mulai mengirimiku makanan-makanan khas dari kotanya.
Akhirnya hari-hari ku yang sepi mulai diisi dengan kehadirannya, meskipun hanya melalui sambungan internet saja dan akupun bahagia dengan semua itu. Aku tak lagi memikirkan itu dosa apa tidak, yang penting aku tidak berzina.
Oh iya, dia bilang ingin berkunjung ke kotaku dan bertemu denganku. Tapi aku tak mengizinkannya. Aku takut hubungan kami nanti jadi salah kalau bertemu langsung. Karena kami sudah seperti orang yang sedang kasmaran. Aku takut terjadi hal-hal yg tidak diinginkan. Untungnya dia mengerti dengan ketakutanku. Itu yang membuat aku semakin mengaguminya. Kalau dia mau telpon, dia slalu tanya, ada suami atau tidak di rumah. Kalau aku jawab ada, dia hanya bilang, ya sudahlah. Padahal kangen loh... aku tersenyum saat membaca chatnya.
Singkat cerita, belum lama ini dia telpo aku untuk memberitahukan bahwa dia akan menikah dengan seorang gadis. Pertama mendengar kabar itu aku sedikit syok. Dia pun tau kalau aku sedang kaget. Dia lalu bilang. “Ingat loh, kamu nggak boleh egois, gimanapun aku kan harus menikah juga. Aku aja pengertian dengan status kamu dan kamu juga harus mengerti dong dengan kehidupanku. keluargaku sudah memaksaku harus menikah mengingat usiaku yg sudah tak muda lagi. Toh juga aku tidak tinggal serumah dengan istriku. Karena kami bekerja di kota yg berbeda. Toh kita masih bisa terus komunikasi. Aku tetap akan menjadi temanmu yang akan mengisi kesepianmu,” katanya.
Akhirnya akupun menangis mendengar semua ucapannya dan menerima keadaan . Aku harus sadar bahwa kami bisa bersama tapi tak bisa memiliki . Hingga saat ini kami masih terus saling komunikasi dan dia masih terus memberikan perhatiaannya padaku. Tapi bila saatnya nanti dia menikah, aku berdoa dengan tulus semoga pernikahan mereka bahagia. Karena aku ingin melihat dia selalu bahagia. Terima kasih Bee karena sudah ada untukku. (net/suf)