Aku Berdosa Mencintai Kakak Ipar (2) WAKTU itu aku berpikir mencari uang adalah kewajiban suami dan tugas istri adalah menjaga rumah dan mendidik anak. Keinginanku untuk ikut kak Dewi diterima baik olehnya dan kak Dody, suaminya. Hitung-hitung aku mengisi waktu daripada di rumah saja tidak ada kegiatan. Aku pikir aku sudah dewasa jadi bisa menentukan hidupku sendiri, lagian tentu menyenangkan bisa bermain-main dengan kemenakan yang lagi lucu-lucunya. Teman-temanku menyebutku cantik dan mudah bergaul, itulah mungkin yang membuatku cepat akrab dengan orang disekitar, kemenakan dan suami kakakku juga akrab denganku. Aku tidak terburu-buru ingin menikah sebab selama ini pria-pria yang kukenal selalu minta yang aneh-aneh. Aku wanita normal dan sudah dewasa, tentu saja memiliki kebutuhan bilogis tapi aku tidak pernah memiliki niat melakukannya dengan pria yang bukan suamiku. Meski banyak teman yang bercerita tentang aktifitas percintaan mereka tapi tidak membuatku tertarik melakukannya. Aku senang di rumah Kak Dewi, suaminya juga tidak membatasi gerakku, bahkan kak Dody sering memberiku uang untuk keperluan pribadiku, aku jadi tambah semangat di rumah mereka. Di rumah kak Dewi semua fasilitas lengkap dan bisa kugunakan, bahkan aku diajar mengendarai mobil oleh kak Dody, katanya supaya aku bisa ke supermarket untuk belanja sendiri. Jika kak Dewi dan suaminya ke kantor, akulah yang menguasai rumah, aku bisa nonton dvd atau makan sepuasnya, yang penting aku bisa menjaga kemenakanku dan kebersihan rumah. (Bersambung)