Orang Tuaku Sakit Gara-gara Kakak Pindah Agama (Habis) Pembawaannya yang bawel pun berubah total. Jadi diam dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Jujur perubahan itu membuat kebahagiaan keluarga kami tak seperti dulu lagi. Ibuku acuh pada kakak ipar, dan menganggap keberadaannya seperti tak ada di antara kami. Hubungannya dengan kakak menjadi dingin. Bahkan hampir menutup komunikasi. Membuat kakak bingung untuk membuka komunikasi dan takut mengabarkan rencana kelahiran anak pertamanya yang tinggal menghitung minggu. Di rumah pun, tawa ibuku sirna. Aku dan ayah memilih untuk ikut diam daripada memicu perdebatan dengan ibu. Semua rasanya sekarang serba salah. Membantah ucapan ibuku sedikit saja bisa berbuntut panjang. Mulai dari menangis, hingga tensi darahnya naik. Bolak-balik ke rumah sakit pun jadi langganan. Bahkan, ia sering curiga padaku kalau meminta izin bekerja di luar kota selama berhari-hari. Sepertinya ia trauma pada kejadian kakakku, dan menuntutku untuk mencari suami yang seiman. Berbagai persyaratan sudah ibuku berikan padaku sebagai kriteria suami. Ibuku sayang, ibuku malang. Kenapa semua jadi begini? Aku ingin ibuku yang dulu, penuh senyuman menyejukkan hati. (*)