Asyik Berteman di Dunia Maya tapi Kaku di Dunia Nyata (2) Ketika mereka melakukan hal itu, aku merasa biasa saja. Karena aku sendiri tidak pernah merasa bahwa pacaran adalah sesuatu yang menyenangkan, dan juga aku tidak memikirkan lebih jauh perasaan “perempuan” untuk suka kepada laki-laki. Bahkan aku sering bercanda tentang hal itu. Ve tahu betul sifatku yang nyaris lebih laki-laki dibanding Bo, dia sering berkata dia ingin melihat rambutku panjang dan memakai dress. Namun, semua menuju ke arah yang buruk, saat Ve dipanggil sekolah untuk mewakili sekolah mengikuti acara yang diadakan Japan Foundation di Bali, semacam gathering yang pesertanya berasal dari berbagai macam negara, selama 3 hari. Kenapa Ve yang terpilih? Karena kemampuan berbahasa Jepangnya sangat bagus, baik dalam menulis maupun dalam percakapan, dan dia pun sudah mengikuti ujian-ujian khusus (semacam TOEFL tetapi untuk Bahasa Jepang). Jelas sekali bahwa kami bertiga adalah otaku, seseorang yang menyukai anime/ manga, dan hal-hal berbau Jepang (bahkan kami memiliki pembina extrakurikular asli dari Negeri Sakura selama 4 semester). Selama 3 hari, Bo tetap mengunjungi kelasku. Dan, dia mengaku dia menganggapku sebagai “kakak perempuannya” karena aku sangat sering memberikan dia nasehat jika ia bertengkar kecil dengan Ve. Dia pun mulai mengelus rambutku juga persis seperti yang ia lakukan kepada Ve, dan aku pertamanya biasa-biasa saja, namun saat Ve Kembali dari Bali, dia pun masih melakukannya secara terang-terangan di depan Ve. Bersambung