Asyik Berteman di Dunia Maya tapi Kaku di Dunia Nyata (Habis) Untuk mempersingkat drama dan cerita yang ada, aku protes kepada Bo untuk berhenti melakukan hal tersebut karena aku takut Ve akan cemburu. Dan ternyata benar, selang beberapa hari kemudian, dengan emosinya, Ve mengatakan bahwa aku mengambil Bo darinya, Dia juga lanjut mengatakan bahwa aku boleh mengambil Bo, katanya, silahkan saja. Namun, aku tidak mau bertengkar dan menimbulkan perselisihan lebih lanjut; memang aku akui harusnya aku memperingatkan Bo untuk bersikap sesuai situasi dan kondisi. Aku jelas tidak mau menyakiti perasaan Ve dan Bo, aku tahu seberapa besar mereka menyukai satu sama lain. Ve berkali-kali keluar dari grup chat, dan seringkali terlihat curhat kepada temannya, sementara aku dengan cueknya hanya duduk sendirian. Selama seminggu lebih, Ve “memonopoli” tidak ada satupun orang yang diperbolehkan duduk dekat denganku, hanya teman satu bangkuku, E saja yang masih menemani, dan Bo juga masih mau dekat denganku. Walaupun aku dengan dongkol menyuruhnya untuk stay away karena sifatnya yang lugu, dalam hati hanya berdoa semoga semester itu cepat berlalu. Puncaknya adalah saat aku berlari keluar dari perpustakaan setelah berbicara dengan Bo, menangis, karena kelewat kesal dan marah. Aku tidak bisa menyalahkan Bo karena aku tahu, aku juga salah. Dan Ve berhak merasa cemburu karena aku dan Bo menghabiskan 3 hari tanpanya. Hingga suatu hari, Ve mengajak aku berbicara. Sepertinya suasana emosinya sudah membaik. Dia berkata bahwa masalah ini sudah selesai, dan hanya secara tidak langsung meminta maaf. Aku tahu banyak orang yang pasti mendengar cerita versi Ve tanpa mengetahui kebenarannya. Walaupun aku tersenyum, namun rasa percayaku kepada Ve yang sekarang mantan best friend forever sudah menghilang, tanpa bekas.