Cinta Berawal dari Curhat (6) Setelah dipersilahkan masuk, aku mulai bercerita panjang lebar kepadanya. “Aku harus bagaimana lagi Ras, aku tak bisa melupakannya semudah itu.” Kataku putus asa. “Her, mungkin kamu harus berusaha mencari penggantinya mulai saat ini juga. Aku gak tega kalau harus lihat kamu nangis terus kayak gini. ” Jawab Raras. “Tapi Ras, aku gak mau menyakiti hatinya. Aku sudah merasakan bagaimana sakitnya jika orang yang kita cintai bersama orang lain.” Aku menimpali. “Lalu mau kamu bagaimana Her?” Tanya Raras. “Ya, mungkin selama aku masih satu kelas dengannya aku gak akan dekat dengan cewek mana pun!” jawabku tegas. “Tapi itu kan menyakiti hatimu sendiri?” Raras nampak tak setuju dengan keputu­sanku. “Biarlah hatiku tersakiti. Yang penting dia tidak tersakiti Ras.” Jawabku. “Aku tak setuju dengan keputusanmu Her, di luar sana masih banyak cewek yang menyukaimu. Seharusnya kamu harus membuka hati untuk mereka. Bagaimana kamu bisa terus mengharapkan dia yang jelas-jelas sudah menyakiti hatimu? Dia bahkan tidak ada niatan lagi berbicara padamu. Bagaimana kau masih mengha­rapkan dia?” Raras berbicara dengan nada yang cukup keras. Perkataan Raras barusan seakan mem­buat aku tersadar dari mimpi yang aku alami. Entah mengapa aku terbius dengan ucapannya barusan. Ku ingat-ingat lagi kejadian yang ku alami selama 5 bulan terakhir. Dia yang tega memutuskanku, dia yang menganggap aku tak ada. Tak terasa air mataku kembali mengalir mem­basahi pipiku. “Kamu benar juga Ras, terima kasih,” Kataku pelan. Bersambung...