Cerita Cinta Zahra (TAMAT) KETIKA aku merasa bisa hidup mandiri dengan penghasilanku sebagai seorang dokter, dan tidak meminta lagi kepada orang tua, maka itu adalah saat yang paling aku tunggu. Ku datangi orang tua Zahrah. Ku bawa orang tuaku untuk melamarnya. Di menepati janjinya, meski usianya di atasku, dia menungguku. Dan langsung saja dia menerima lamaranku. “Kamu benar Allah tidak akan mendholimi kita,” ujarku. Zahra tersenyum, bertambah manis dia kalau sedang tersenyum. “Terimakasih ya.” “Untuk apa?” tanya Zahra. “Karena kamu menyuruhku meningkatkan kualitas ibadahku, akhirnya Allah membuat hidupku berkualitas.” Zahra tersenyum tak berkata apa-apa. Aku juga ikut tersenyum. “Terimakasih juga sudah mau menungguku.” Tidak lama setelah lamaran itu, aku menikah dengan Zahra. Dan pada malam pertamaku, Zahra bilang kepadaku. “Sekarang kamu sudah jadi pacarku, Pacaran itu setelah menikah.” Begitulah keistimewaan Zahra. Aku beruntung bisa mendapatkan tempat di hatinya. Jika dulu aku tak bisa memaknai apa itu cinta. Maka setelah menikah aku bisa memaknainya, “Cinta itu ketika kita dekat dengan seseorang, kita merasa dekat pula dengan Tuhan.” Oleh Didik Santoso ----------------HABIS---------------