Nikah Muda Bikin Hidupku Sengsara (4) Ibu dan istri mana yang tidak ingin teriak melihat suami dan anak perempuan melakukan itu. Apalagi, saat itu aku sedang mengandung anak keempat atau anak pertama dari suami keduaku. Entah siapa yang salah. Yang pasti, anak perempuanku mengaku kalau ayah tirinya yang memaksa dia melakukannya. Jangan tanya bagaimana perasaanku saat itu. Seperti ada luka batin menganga yang sengaja ditetesi cairan cuka. Sakit, perih, dan kecewa. Apalagi saat melihat tanggapan suamiku saat itu. Dengan santai, dia mengatakan, peristiwa ini hanya biasa saja. Sebelum kejadian ini, sebenarnya aku sudah mengantisipasi. Aku sarankan si sulung untuk kos di dekat kampusnya saja. Tapi lagi-lagi, suamiku tidak setuju dengan keputusan itu. Dia bersikeras agar anak perempuanku tetap di rumah saja. Ternyata ini yang dia inginkan. Meski rasa sakit perceraian dengan suami pertama masih terasa hingga sekarang, aku putuskan untuk bercerai setelah anak yang ku kandung ini lahir ke dunia. Mempertahankan pernikahan dengan suami seperti itu hanya menyimpan duri dalam daging. Biarlah orang lain berkata apa tentang pernikahanku. Karena menyandang status janda untuk kedua kali memang tidak menyenangkan. Janda satu kali saja terlihat buruk di mata masyarakat. Apalagi sampai dua kali. Bersambung...