Suami tak Ada Kabar, Aku Stres Mengurus Anak (2) Aku percaya penuh dan selalu berpikir positif dengan keadaan yang ada. ”Barangkali dia sibuk, ada tugas yang harus diselesaikan hingga belum sempat membalas chat atau pun menelepon,” batinku, sambil terus memupuk kepercayaan padanya. Satu bulan, dua bulan, tiga bulan berlalu, baru dia berkabar kalau dia mau pulang. Dia ingin melihat anaknya. Aku pun sangat antusias menyambutnya. Terlebih tepat 3 bulan akan ada tasyakuran anak kami, sesuai adat yang masih berlaku di daerahku. Tentu, harapan yang tersemat adalah dia membawa uang yang cukup untuk membiayai acara tersebut. Apalagi sejak kepergiannya sampai 3 bulan, dia belum pernah mengirimkan uang sepeser pun. Acara semakin dekat, tapi dia tidak ada kabar akan kirim uang. Ku tanyakan padanya dan hanya dijawab butuh berapa. Ternyata, ia hanya sekedar tanya. Acara digelar tanpa sepeser pun uang dari seorang ayah. Aku pun menjual apapun yang mampu aku jual. Dari situ lah aku tersadar, bangkit dari rasa sakit, dan coba memikirkan cara terbaik untuk menghidupi anak. Aku percaya penuh pada suami, tapi kenyataan tidak seperti yang ku harapkan. Diriku hanya mampu merenung dan ada penyesalan dengan pernikahan yang aku jalani. Terasa berat, aku sampai baby blues. Rasanya, ingin ku lempar saja anak yang ku lahirkan ini ke dalam sumur. Bersambung...