METROPOLITAN.ID - Perempuan Palestina terpaksa mengambil langkah ekstrem dengan mengonsumsi pil penunda menstruasi.
Langkah meminum pil penunda mestruasi tersebut diambil karena langkanya air dan pembalut untuk digunakan oleh Perempuan Palestina.
Penggunaan pil penunda menstruasi akhirnya menjadi pilihan terakhir Perempuan Palestina walau memiliki risiko yang besar.
Baca Juga: Lantik Dewan Hakim MTQ 2023, Pj Wali Kota Bekasi Raden Gani Muhamad Titip Pesan Ini
Di tengah serangan Israel yang telah mengakibatkan kelangkaan air bersih di Gaza, Palestina, banyak perempuan Gaza terpaksa mengambil langkah ekstrim dengan mengonsumsi pil penunda menstruasi.
Kondisi ini dipicu oleh kekurangan air bersih, sanitasi yang buruk, dan kelangkaan produk menstruasi seperti pembalut dan tampon.
Mengutip laporan terbaru dari Al Jazeera, perempuan Gaza saat ini mengonsumsi tablet norethisterone, yang sebenarnya digunakan untuk mengatasi kondisi seperti perdarahan menstruasi yang parah, endometriosis, dan nyeri haid.
Baca Juga: ASPAG-ILO Tegas Mengutuk Tindakan Israel dan Pastikan Mengatasi Tenaga Kerja Palestina
Dr. Walid Abu Hatab, seorang konsultan medis bidang kebidanan dan ginekologi di Nasser Medical Complex di selatan Khan Younis, menjelaskan bahwa pil tersebut menjaga kadar hormon progesteron tinggi.
Hormon progesteron tersebut berfungsi untuk menghentikan pelepasan lapisan rahim, sehingga menstruasi ditunda.
Namun, penggunaan pil penunda menstruasi ini tidaklah tanpa risiko.
Baca Juga: Siapa Pendiri Houthi, Pasukan Militer Yaman yang Berani Berperang Dengan Israel?
Efek sampingnya meliputi pendarahan vagina yang tidak teratur, mual, perubahan siklus menstruasi, pusing, dan perubahan suasana hati.
Meskipun demikian, perempuan Gaza merasa tak punya alternatif lain di tengah serangan Israel yang makin intens.