METROPOLITAN.ID - Kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Arya Daru Pangayunan (ADP), yang ditemukan tak bernyawa dengan kepala dililit lakban, terus menjadi sorotan publik.
Pakar kriminalitas dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Soeprapto, menyampaikan dua kemungkinan utama terkait penyebab kematian sang diplomat.
Menurutnya, tidak ditemukannya tanda kekerasan fisik pada tubuh korban menjadi indikator penting dalam mengungkap misteri di balik kematian tersebut.
Baca Juga: 3 Video Asusila Beredar, Lisa Mariana Diperiksa Pihak Kepolisian
“Ya, jadi karena tidak ada tanda-tanda tindak kekerasan maka kemungkinannya adalah satu, itu karena penyakit tertentu yang diderita oleh korban,” ujar Soeprapto dikutip dari Suara.com.
Ia juga mengemukakan kemungkinan kedua, yakni adanya indikasi tindakan bunuh diri, yang bisa dipicu oleh masalah kesehatan yang dialami korban.
“Apapun yang berkaitan dengan upaya untuk menutup pernapasan itu biasanya ada tanda-tanda lain yang bisa kita gunakan untuk mendeteksi apakah kondisi ini terjadi karena bunuh diri, dilakukan orang lain, atau karena ketidaksengajaan,” jelasnya.
Baca Juga: Jalan Alternatif Sentul Kembali Makan Korban, Kecelakaan Bikin Pengendara Dilarikan ke Rumah Sakit
Analisis Lakban Jadi Kunci Penting
Soeprapto menegaskan bahwa analisis forensik pada lakban yang menutup wajah korban merupakan kunci utama untuk membedakan apakah lakban tersebut dipasang sendiri atau oleh orang lain.
Dari informasi awal yang beredar, diketahui bahwa sidik jari korban ditemukan pada lakban, dan pintu kamar terkunci dari dalam menggunakan sistem smart lock yang hanya dapat diakses oleh ADP.
Fakta-fakta tersebut, menurut Soeprapto, dapat memperkuat dugaan bahwa tidak ada orang lain yang masuk ke dalam kamar korban saat kejadian.