Tyler Robinson dikenal sebagai pemuda berprestasi pada masa sekolah. Ia sempat menerima beasiswa penuh selama empat tahun di Utah State University. Namun, ia hanya menyelesaikan satu semester sebelum berhenti kuliah tanpa alasan jelas.
Dalam catatan kepemiluan, namanya tidak pernah tercatat ikut serta dalam dua kali pemilihan umum terakhir. Robinson terdaftar sebagai pemilih independen atau nonpartisan, berbeda dengan kedua orang tuanya, Matthew Carl Robinson dan Amber Denise Robinson, yang tercatat sebagai anggota Partai Republik.
Meski demikian, beberapa rekan sekolah mengungkapkan bahwa Robinson pada 2020 sempat menunjukkan kecenderungan konservatif dan menyatakan dukungan terhadap Trump. Perubahan sikap politik inilah yang disebut keluarganya makin menonjol dalam beberapa tahun terakhir.
Catatan pemungutan suara juga menunjukkan bahwa ia bahkan tidak memilih pada pemilihan presiden 2020 karena saat itu belum cukup umur.
Penembakan Charlie Kirk dinilai semakin memperuncing jurang perpecahan politik di AS. Kirk, yang dikenal vokal membela isu-isu konservatif, tewas saat tengah berdiskusi soal penembakan massal di hadapan mahasiswa UVU.
Ironisnya, diskusi tentang kekerasan senjata itu justru berujung pada kekerasan nyata yang merenggut nyawanya.
Beau Mason, Komisaris Departemen Keamanan Publik Utah, menggambarkan Robinson sebagai sosok yang berperawakan seperti anak kuliah.
Gambaran ini seakan menegaskan bahwa pelaku bisa saja siapa saja, bahkan orang muda yang pernah dianggap berprestasi.
Di sisi lain, masyarakat Utah terbelah. Sebagian mengecam keras Robinson dan mendukung seruan Trump untuk menjatuhkan hukuman mati.
Namun, ada pula yang menyoroti bagaimana tekanan politik, polarisasi, serta isu kepemilikan senjata di AS telah menciptakan iklim berbahaya bagi generasi muda seperti Robinson.
