METROPOLITAN.ID - Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur kembali mengambil dan mengirimkan sampel DNA dari jenazah korban runtuhnya musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo ke Pusat Laboratorium DNA Pusdokkes Polri di Jakarta.
Proses pengiriman sampel DNA dilakukan untuk pemeriksaan lanjutan terhadap korban yang kondisi jasadnya sudah sulit dikenali secara visual.
Sampel DNA tersebut dikirim ke Jakarta sekitar pukul 16.00 WIB dan akan segera diperiksa oleh lab DNA Pusdokkes Polri.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Daerah Jawa Timur, Kombes Pol M. Khusnan menegaskan hasil tes DNA sangat akurat, dengan tingkat keakuratan hingga 99,99%.
Baca Juga: Sosok Yurike Sanger, Istri ke-7 Soekarno yang Menutup Lembaran Cinta Sang Proklamator
Namun pemeriksaan ini memerlukan waktu paling cepat sekitar tiga hari sejak sampel diterima laboratorium.
Identifikasi korban runtuhnya musala Ponpes Al Khoziny ini merupakan langkah terakhir setelah metode identifikasi lain seperti sidik jari dan pemeriksaan gigi sulit digunakan, karena sebagian jasad dan anggota tubuh korban sudah mengalami kerusakan.
Selain sampel jenazah, Tim DVI juga mengumpulkan sampel DNA dari keluarga korban yang nantinya akan dicocokkan dengan sampel korban dalam proses identifikasi.
Upaya ini menjadi sangat penting untuk memberikan kepastian identitas kepada keluarga korban serta mempercepat proses pemulihan data korbannya.
Hingga saat ini, evakuasi dan proses identifikasi korban di lokasi masih terus berjalan dengan melibatkan tim SAR dan aparat kepolisian.
Data antemortem berupa rekam medis, foto korban saat masih hidup, serta properti pribadi yang dikenakan saat kejadian juga dijadikan referensi penting dalam identifikasi.
Tragedi runtuhnya musala di Ponpes Al Khoziny ini menewaskan puluhan santri dan menjadi perhatian nasional.
Penanganan bencana ini menjadi momentum penting dalam meningkatkan standar keselamatan konstruksi serta memperkuat sinergi antara tim medis, kepolisian, dan keluarga korban.