Kisah Agartha muncul dalam buku Les fils de Dieu karya penulis Perancis Louis Jacolliot pada 1873, yang menyebutnya sebagai peradaban yang jauh lebih tua dari peradaban kuno seperti Mohenjo Daro.
Meskipun demikian, tidak ada bukti arkeologis yang mendukung keberadaan Agartha.
Kombinasi antara "14 Words" dan "For Agartha" menunjukkan bahwa pelaku mungkin terpapar pada narasi ekstremis yang menggabungkan rasisme dengan unsur-unsur mitos dan konspirasi.
Tulisan "Brenton Tarrant. Welcome to Hell" mengacu pada pelaku teror masjid di Christchurch, Selandia Baru.
Tarrant, warga Australia, adalah pelaku penembakan massal di dua masjid (Al Noor dan Linwood Islamic Centre) pada 15 Maret 2019, menewaskan 51 orang dan melukai 89 lainnya.
Dikutip dari Aljazeera, ia dikenal sebagai teroris sayap kanan ekstrem yang menyiarkan serangannya secara langsung di media sosial. Aksi Tarrant menjadi salah satu peristiwa terkelam di Selandia Baru.
Bissonnette adalah pelaku penembakan masjid di pinggiran Kota Quebec, Kanada, pada 29 Januari 2017, yang menewaskan enam orang jemaah Shalat Isya.
Baca Juga: Komika Pandji Pragiwaksono Dijatuhi Sanksi Adat Toraja, Diminta Persembahkan Kerbau dan Babi
Ia juga dikenal sebagai pendukung ideologi supremasi kulit putih dan mengagumi tokoh-tokoh sayap kanan.
Meskipun Densus 88 Antiteror Polri telah turun tangan untuk mendalami unsur terorisme, Wamenkopolhukam Lodewijk Freidrich Paulus kembali mengingatkan agar tidak berspekulasi terlalu dini.
"Namanya masih diselidiki. Jangan dikatakan ini jumping conclusion bahwa ini aksi teroris. Kita belum sampai ke sana," kata Lodewijk.
Penyelidikan harus dilakukan secara hati-hati untuk membedakan antara aksi yang didorong oleh gangguan psikologis dengan aksi terorganisir yang didorong jaringan terorisme.***