METROPOLITAN.ID - Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto, resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Prabowo Subianto.
Keputusan ini menandai momen bersejarah sekaligus menimbulkan gelombang pro dan kontra di tengah masyarakat Indonesia.
Upacara penganugerahan digelar secara khidmat di Istana Negara, Jakarta, pada Senin, 10 November 2024, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan.
Soeharto mendapatkan gelar tersebut atas jasa dan kontribusinya di bidang perjuangan bersenjata dan politik, sebagaimana tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116/TK/Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
Selain Soeharto, ada sembilan tokoh lain yang turut menerima gelar pahlawan nasional tahun ini, termasuk Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur), aktivis buruh Marsinah, dan sejumlah tokoh dari berbagai bidang perjuangan.
Baca Juga: Harga Emas Perhiasan Hari Ini Selasa 11 November 2025, Terus Mengelami Kenaikan
Lantas, apa alasan Soeharto mendapatkan gelar Pahlawan Nasional?
Menurut Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi, pemberian gelar tersebut merupakan bentuk penghormatan terhadap para pemimpin dan pendahulu bangsa yang telah memberikan jasa luar biasa bagi Indonesia.
“Itu kan bagian dari bagaimana kita menghormati para pendahulu, terutama para pemimpin kita, yang apa pun sudah pasti memiliki jasa yang luar biasa terhadap bangsa dan negara,” kata Prasetyo.
Soeharto dinilai berjasa besar sejak masa awal kemerdekaan. Sebelum menjadi Presiden, ia pernah menjabat sebagai Wakil Komandan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Yogyakarta, dan turut memimpin pelucutan senjata pasukan Jepang pada 1945.
Perannya yang menonjol dalam konsolidasi keamanan nasional dan pembentukan TNI menjadi salah satu alasan kuat pemerintah menetapkan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional.
Dalam konteks sejarah, kiprah Soeharto juga berpengaruh besar terhadap arah pembangunan ekonomi Indonesia di masa Orde Baru.
Pro Kontra Pengusulan Soeharto
Namun, keputusan ini tidak lepas dari perdebatan publik. Pengusulan nama Soeharto sempat menimbulkan reaksi beragam dari masyarakat, akademisi, hingga aktivis hak asasi manusia (HAM).