Teknologi Starlink menggunakan ribuan satelit orbit rendah atau Low Earth Orbit (LEO). Dengan orbit yang lebih dekat ke permukaan bumi dibanding satelit konvensional, kecepatan internet yang dihasilkan mampu menandingi jaringan fiber optik modern.
Mulai dari peluncuran satelit prototipe pada 2018, kini Starlink telah memiliki sekitar 5.000 satelit aktif yang mengorbit di luar angkasa.
Jumlah itu masih akan terus bertambah, mengikuti ambisi Elon Musk membangun konektivitas global tanpa batas.
Baca Juga: Silaturahmi UNPAK dan GPSN Membangun Sinergi Budaya
Berkat teknologi ini, masyarakat terpencil mulai dari pesisir hingga pegunungan, berkesempatan menikmati jaringan internet stabil untuk pendidikan, kesehatan, bisnis dan bahkan keamanan.
Dalam konteks bencana, kehadiran Starlink menjadi kunci penyelamat komunikasi ketika infrastruktur darat seperti menara BTS dan kabel internet mengalami kerusakan parah.
Pengoperasian Starlink di daerah terdampak bencana di Sumatera memberikan secercah harapan.
Di tengah lumpuhnya akses jalan dan listrik, komunikasi adalah nyawa utama dalam menentukan kecepatan evakuasi korban dan distribusi bantuan.