Relawan yang dibutuhkan mencakup dokter umum, dokter spesialis, perawat, bidan, tenaga farmasi, analis laboratorium, hingga tenaga psikososial untuk membantu pengungsi yang mengalami trauma.
Selain Kementerian Kesehatan, berbagai lembaga turut dikerahkan untuk mempercepat pemulihan, di antaranya:
- TNI dan Polri mendirikan tenda kesehatan darurat serta membantu evakuasi pasien rentan.
- BNPB dan Kemensos memastikan distribusi logistik kesehatan, makanan siap saji, hingga kebutuhan ibu dan anak berjalan lancar.* Dinas Kesehatan Aceh mengaktifkan tim respons cepat (TRC) untuk memantau potensi wabah di lokasi pengungsian.
- Kemenkes menambah stok vaksin tetanus dan vaksin lain untuk mencegah penyakit akibat lingkungan pascabencana.
Dengan banyaknya fasilitas kesehatan rusak dan keterbatasan air bersih, risiko penyebaran penyakit menjadi perhatian utama. Pemerintah kini memfokuskan pemantauan terhadap:
- Penyakit berbasis air (waterborne disease)
- ISPA akibat udara lembap dan penumpukan pengungsi
- Infeksi kulit
- Leptospirosis yang sering muncul pascabanjir
Upaya edukasi kesehatan, pembagian masker, hingga penyediaan air bersih terus dilakukan demi menekan potensi krisis kesehatan lanjutan.
Kembalinya 41 rumah sakit beroperasi memberikan harapan besar bagi masyarakat Aceh yang tengah berjuang memulihkan diri dari bencana.
Pemerintah menegaskan komitmennya untuk mempercepat pemulihan layanan kesehatan dasar hingga ke tingkat desa, termasuk memperbaiki jaringan air bersih, sanitasi, serta memastikan pasokan obat tidak terganggu.
Dengan kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, relawan, dan berbagai lembaga kemanusiaan, Aceh diharapkan dapat segera bangkit dan kembali stabil pascabencana.
***