Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)
SIAPA yang tidak sakit hati saudara disakiti bahkan ditindas dan dianiaya dengan dunia hanya melihat sedang seolah diam saja. Bertahun-tahun hidup dalam blokade di negeri sendiri yang notabene mereka adalah pendatang.
Perkataan Ustadz Felix Siauw yang dirilisnya ketika beliau sedang di Madinah melalui Channel YouTube miliknya; ada benarnya, sikap Iran dalam menyerang Israel dikatakan suatu yang normal bahkan sudah seharusnya.
Namun ungkapan penting yaitu ungkapan pemimpin negara ini yang tidak lain adalah Ir. Joko Widodo sebagai presiden Republik Indonesia yang menanggapi sikap tersebut dengan menyeru untuk menahan diri atau bersabar.
Baca Juga: Hadiri Halal Bihalal tingkat Jawa Barat, Pj Wali Kota Bekasi Gani Muhamad : Tingkatkan Silaturahmi
Menahan diri di tengah kepungan fitnah yang sungguh berbentuk ujian bagi mukminin yang merasakan luka lantaran saudara teraniaya namun rasa-rasanya tidak dapat banyak usaha yang diberikan selain di antaranya adalah do'a, adalah jalan teraman untuk menjaga diri setidaknya lantaran salah-salah dapat memperkeruh suasana.
Selanjutnya media, ada juga ternyata yang beragam warna berita bermunculan. Mulai dari mengaitkannya dengan peringatan tanda-tanda kiamat sampai pada ungkapan ekstrim bahwa kejadian ini akan memicu perang dunia ketiga, dengan mengaitkan ini dengan itu, blok ini dan itu dan lain sebagainya, sebentar!!!
Penulis secara cepat mengulas pandangan-pandangan di atas atas respon terhadap serangan Iran kepada Israel adalah mengungkapkan pandangan dengan mengharap kebaikan dari sisi Allah, sebaik mungkin serta menghindari persoalan atau resiko buruk (mudharat) sekecil mungkin khususnya terkait peperangan dan sikap pribadi serta dalam rangka bersama yaitu berbangsa dan bernegara.
Baca Juga: Timnas Indonesia U 23 Tumbangkan Australia U-23 di Piala Asia U 23 2024 Dengan Skor Tipis 1-0
Terhadap ungkapan simpati penting untuk dipupuk, jangankan Umat Islam, siapa di dunia ini yang masih mendamba perdamaian tentunya menolak keras perlakuan bangsa Yahudi tersebut, namun, sisi lain bahwa menahan diri, sebagaimana pesan pemimpin negara yang sama-sama kita patuhi dan taat serta untuk mengindahkannya dalam-dalam.
Maka berbuat kebaikan adalah di antara jalan yang dapat ditempuh dengan berbagai bentuknya.
Kemudian, terhadap isu kiamat yang kian hari kian santer terdengar, bukankah ketika seorang bertanya tentang hal tersebut Rasul justru menyeru untuk lebih mempersiapkan diri bukan dengan sibuk terhadapnya, begitu pun al-Qur'an jika ditadabburi secara mendalam.
Baca Juga: OPINI: Menakar Popularitas dan Elektabilitas Calon Bupati Bogor
Selanjutnya terhadap dugaan akan terjadinya perang dunia, seumur-umur saya pribadi sangat sulit membayangkan terlibat aktif dalam peperangan, yaitu harus membunuh atau dibunuh dengan alasan yang relatif sulit di mengerti seperti yang terjadi saat ini (hal ini berbeda dengan di zaman Rasul, Para Sahabat, dan Salaf as-Saalih), "Allahu a'lam!" ***