berita-hari-ini

442 Orang Tewas dan 402 Dinyatakan Hilang, Benarkah Tujuh Perusahaan Ini Biang Kerok Banjir Sumatera?

Selasa, 2 Desember 2025 | 12:57 WIB
Kondisi bencana di Sumatera (Jiddan/Metropolitan)

METROPOLITAN.ID - Polemik penyebab banjir besar yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera kembali mengemuka. Bahkan, muncul beberapa nama perusahaan yang diduga jadi pemicu banjir.

Pasca tragedi yang menelan ratusan korban jiwa itu, perhatian publik kini beralih pada dugaan kuat bahwa bencana tersebut bukan semata akibat faktor alam, melainkan buah dari kerusakan ekologis yang telah berlangsung lama.

Banjir dan longsor yang menghantam Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat tidak hanya memicu kepanikan, tetapi juga membuka tabir mengenai kondisi lingkungan yang kian rapuh.

Dalam berbagai diskusi publik, aktivis lingkungan dan organisasi masyarakat sipil menilai bencana ini adalah akumulasi dari praktik pembukaan lahan besar-besaran yang terjadi bertahun-tahun tanpa pengawasan ketat.

Baca Juga: SPPG Jadi Sorotan! Limbah Keruh dan Berminyak Tanpa Penyaringan Tumpah ke Kebun Warga

Berbagai video dan laporan lapangan menampilkan betapa derasnya arus banjir yang tak lagi mampu dibendung oleh struktur alam yang melemah.

Kawasan yang sebelumnya dikenal sebagai benteng penyangga hidrologis kini berubah menjadi area rentan setelah hutan primer dan sekunder menyusut drastis.

Berbagai video dan laporan lapangan menampilkan betapa derasnya arus banjir yang tak lagi mampu dibendung oleh struktur alam yang melemah.

Kawasan yang sebelumnya dikenal sebagai benteng penyangga hidrologis kini berubah menjadi area rentan setelah hutan primer dan sekunder menyusut drastis.

"Namun yang terjadi hari ini bukan lah sekedar banjir, namun kerusakan massif yang berdampak pada seluruh ekosistem dan masyarakat yang berada di sekitar Harangan Tapanuli," tulis Walhi Sumut dalam unggahan di akun Instagram @walhisumut.

Baca Juga: Bank Kota Bogor Meriahkan Peringatan Hari AIDS Sedunia 2025 di Taman Ekspresi Sempur

Walhi menyoroti Harangan Tapanuli, bagian dari Ekosistem Batang Toru, salah satu kawasan hutan tropis tersisa di Sumatera Utara sebagai wilayah yang mengalami kerusakan paling parah.

Kawasan ini juga merupakan habitat spesies ikonik seperti orangutan Tapanuli, harimau Sumatera, serta beragam fauna dilindungi lainnya.

Hingga hari ini, data sementara mencatat 442 orang meninggal dunia, 402 orang dinyatakan hilang, dan ratusan ribu penduduk terpaksa mengungsi.

Halaman:

Tags

Terkini