METROPOITAN.ID - Di tengah duka besar akibat banjir bandang yang melanda Sumatera pada akhir November hingga awal Desember 2025, perhatian publik kini tertuju pada nama PT Toba Pulp Lestari (TPL).
Perusahaan raksasa berbasis di Sumatera Utara itu kembali disebut-sebut sebagai aktor yang turut memperparah kondisi ekologis kawasan, hingga memicu bencana paling mematikan sepanjang satu dekade terakhir.
Namun, siapa sebenarnya pemilik PT Toba Pulp Lestari, dan bagaimana rekam jejak perusahaan ini hingga ramai diseret dalam tragedi banjir Sumatera?
Tragedi ini menjadi salah satu bencana terburuk di Pulau Sumatra. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga 1 Desember 2025, jumlah korban meninggal melampaui 600 jiwa, sementara ratusan lainnya masih hilang.
Baca Juga: Inara Rusli Polisikan Insanul Fahmi Karena Apa? Dokumen Status Lajang Jadi Sorotan
Puluhan ribu rumah rusak, lebih dari 270 jembatan terputus, serta ratusan fasilitas pendidikan lumpuh total.
Meski intensitas hujan ekstrem disebut sebagai pemicu awal, berbagai pakar dan organisasi lingkungan menilai bahwa degradasi ekologis akibat ulah manusia memperburuk dampak bencana.
Pembukaan lahan, eksploitasi hutan, hingga aktivitas industri di kawasan Tapanuli menjadi fokus kritik berbagai pihak.
Salah satu perusahaan yang paling kerap disebut dalam diskursus publik adalah PT Toba Pulp Lestari.
Mengapa PT Toba Pulp Lestari Disorot?
PT Toba Pulp Lestari menjadi perhatian lantaran areal operasionalnya berada di kawasan hutan yang berperan penting sebagai penyangga hidrologis Sumatera Utara.
Kawasan yang dikenal sebagai bentang alam Batang Toru selama ini menjadi sumber air, habitat satwa endemik, serta struktur ekologis yang menahan limpahan air saat curah hujan tinggi.
Ketika banjir bandang melanda, publik menuntut jawaban. Nama TPL muncul dalam berbagai unggahan warganet, diskusi organisasi lingkungan, hingga percakapan media nasional.