Ratusan warga dievakuasi, bahkan jumlahnya diperkirakan mencapai 200 orang. Kaum lansia, penyandang disabilitas, hingga warga yang sudah lanjut usia menjadi prioritas utama.
“Kalau terjadi apa-apa, yang disalahkan pasti saya. Karena inisiatif itu saya yang ambil,” ujar Jhon, Senin, 15 Desember 2025.
Selama proses evakuasi, warga terpaksa bertahan di atas atap rumah selama dua hari dua malam sebelum diselamatkan.
Jhon sendiri sempat mengalami dislokasi akibat menahan tali perahu dengan tenaga penuh. Ia tahu, jika tali itu terlepas, nyawa yang ia bawa bisa hanyut dalam sekejap.
Di lokasi itu, Jhon bekerja dengan dibantu warga. Akses menuju Muara Ampolu telah terputus total. Arus sungai terlalu besar untuk dilalui tim tambahan.
Bahkan beberapa warga mengalami luka di kaki akibat puing bangunan saat membantu evakuasi.
Kini, setelah air surut, sebagian warga telah kembali ke rumah masing-masing dan membersihkan sisa lumpur. Namun sejumlah keluarga masih bertahan di pengungsian, menunggu kondisi benar-benar aman.
Bagi Aipda Jhon Kennedy Habiahan, tugasnya belum selesai. Ia tak menyebut dirinya pahlawan.
Namun di mata ratusan warga yang selamat dari amukan Sungai Batang Toru, keberaniannya telah menjadi alasan mereka bisa kembali memeluk keluarga hari ini.
Di tengah bencana, ia membuktikan bahwa keberanian bukan soal pangkat, melainkan soal memilih tetap bertahan ketika semua jalan seakan tertutup air.***