METROPOLITAN - Tionghoa menjadi salah satu etnis terbesar di Singkawang, Kalimantan Barat. Selain itu ada etnis Dayak dan Melayu.
Oleh karena itu saat anda berkunjung ke Singkawang, banyak ragam kuliner yang terbuat dari olahan mi, di antaranya mi asin, mi tiau asu, mi kering, dan yang lainnya.
Salah satu yang mudah ditemui dan sangat ramai pengunjung ialah Bakso Sapi Bakmi Ayam 68.
Kedai tersebut berlokasi di Jalan Pangeran Diponegoro nomor 68. Kedai yang menyajikan aneka olahan mi tersebut banyak direkomendasikan masyarakat lokal.
Salah satu yang unik di sini, sang koki memasak mi tersebut sambil dilempar-lempar ke atas. Oleh karena itu mi tersebut terkenal di masyarakat dengan sebutan mi loncat.
“Karena kalau gak dilempar bakal lengket, setelah dilempar mi akan pecah atau terpisah satu demi satu helai,” ujar Herry Liu.
Ia mengatakan trik dilempar tersebut bukan semata-mata untuk atraksi mengundang pembeli. Namun karena tekstur mi buatannya sangat lengket ketika dibuat.
Mi bakso dan pelengkap lain di kedainya merupakan racikan keluarganya sendiri, hanya kwetiau yang ia beli di pasar.
“Pertama kali buka belum dilempar, sejak tahun 77 lebih mulai dilempar. Orang sini memang nyebutnya bakmi loncat atau bakmi lempar,” tuturnya dengan senyum khas pada para pembeli yang sedang mengabadikan atraksinya di depan kedai.
Salah satu menu favorit di sini ialah bakmi Spesial 68
Kuah baksonya begitu terasa aroma kaldu sapi, segar. Bakso buatan kedai ini pun bertekstur empuk, meski serat-serat urat sapi yang padat masih terasa, nampaknya cukup mahir dalam membuat bakso.
Ragam lauk yang tercampur di atas mangkuk mi pun menunggu untuk disantap. Salah satu yang unik terdapat telur dadar yang diiris memanjang, lalu hekang, sejenis kwetiau berbahan daging udang giling.
Meski sudah terdapat udang kupas, hekang tersebut menambah cita rasa gurih mi spesial 68.
Babat dan daging sapinya pun tak berbau amis, menurut Herry karena sudah mengalami perebusan yang lama.