Senin, 22 Desember 2025

Tsunami Selat Sunda Sudah Diprediksi Ilmuan Asing Sejak 2012, Ini Hasilnya

- Senin, 31 Desember 2018 | 22:00 WIB

BANTENLetusan Gunung Anak Kratakatau yang memicu tsunami Selat Sunda sudah diprediksi oleh ilmuan asing dari Geological Society of London pada tahun 2012.

Dengan menggunakan model numerikal, studi di tahun 2012 itu membuat simulasi longsoran akibat ledakan Anak Krakatau dan gelombang tsunami yang dihasilkan.

Menurut The Strait Times, studi tersebut juga membuat simulasi mengenai waktu yang ditempuh gelombang tsunami untuk menghantam kawasan-kawasan di sekitarnya, seperti Sumur, Carita, Labuan and Anyer di Ptovinsi Banten, dan sebagian di daerah di Provinsi Lampung.

Ledakan dan tsunami yang terjadi pada Sabtu malam (22/12) lalu menghasilkan longsoran yang begitu banyak, yang setelah jatuh ke laut menciptakan gelombang setinggi 5 meter.

Setidaknya 426 orang tewas dan lebih dari 7.000 terluka.

Daerah Sumur yang memiliki tujuh pedesaan menjadi daerah yang paling parah dihantam gelombang tsunami.

Studi Geological Society of London itu dikerjakan bersama oleh T. Giachetti, R. Paris, K. Kelfoun, dan B. Ontowirjo.

Giachetti dkk melihat potensi longsor ini dengan melihat morfologi (bentuk gunung) dan juga lithologi atau batuan yang terbentuk akibat aktifitas vulkanisme G Anak Krakatau sejak 1928-1960. Volume yang diperkirakan 0,28 Km3.

Jika dibandingkan dengan longsoran yang terjadi Sabtu lalu, maka masih ada bagian tubuh Anak Krakatau yang berpotensi mengalami longsor.

Namun, jika berdasarkan pemodelan tersebut, dan jika longsoran terjadi tsunami diprediksi akan mencapai Sertung, Panjang dan Rakata dengan ketinggian 15–30 meter dalam kurun waktu kurang dari 1 menit.

Selian itu, tsunami juga akanmencapai beberapa kota seperti Carita dan Labuhan dengan ketinggian amplitudo gelombang sekitar 3 meter.

Sedangkan pada sisi barat gelombang dengan ketinggian amplitudo 2,7 meter menuju Kalianda dan hanya sekitar 0,3 meter mencapai Bandar Lampung, dengan jeda waktu berkisar 40–60 menit terhitung masuknya material longsoran ke tubuh air.

Gunung Anak Krakatau mulai terpantau pada tahun 1927, atau 44 tahun setelah Krakatau meledak di tahun 1883 dan menewaskan 36.000 orang.

Gunung Anak Krakatau terus tumbuh. Pada tahun 1959 tercatat mencapai ketinggian 152 meter dan kini puncaknya berada pada ketinggian 338 meter.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X