Senin, 22 Desember 2025

Perolehan Suara Jeblok

- Kamis, 25 April 2019 | 18:00 WIB

DENPASAR - Perolehan suara Partai Demokrat di Provinsi Bali pada Pemilu 2019 merosot siginfikan. Berdasar penghitungan suara sementara, Ketua DPD Partai Demokrat Bali Made Mudarta menyebut, partainya hanya sanggup memperoleh tiga kursi di dewan Bali.

Atau dengan kata lain, kehilangan lima dari delapan kursi yang diperoleh saat Pemilu 2014 lalu.

“Memang terjadi penurunan yang cukup besar di Bali. Baik untuk DPR RI, provinsi, maupun kabupaten/kota,” ujar Mudarta, seperti diberitakan Bali Express (Jawa Pos Group).

Menurut analisanya, penurunan ini tidak lepas dari pelaksanaan Pemilu yang menggandengkan pileg dengan pilpres. Sehingga masyarakat selaku pemilih lebih terfokus pada pilpres.

“Artinya ketika semua terfokus ke pilpres, orang melihatnya partai mana saja yang mendukung Jokowi. Ketika Jokowi suaranya mayoritas di Bali, partai-partai (pendukung Jokowi) inilah yang mendapatkan efek. Contohnya PDIP,” katanya.

Faktor kedua, sambung dia, keterpurukan itu tidak lepas dengan isu pertarungan ideologi selama masa kampanye Pilpres 2019. Khususnya berembusnya isu khilafah. Yang sesungguhnya tidak benar alias fitnah. Sehingga partai-partai pendukung masing-masing pasangan calon presiden terlanjur dicap terlebih dulu.

“Ini faktor yang paling keras dirasakan di Bali. Dan Demokrat kena stigma. Dikira mendukung khilafah,” sebutnya.

Faktor itu juga yang membuat kerja kader Demokrat, khususnya caleg incumbent, terpental. Sekalipun mereka aktif menyalurkan hibah. “Itu (hibah) tidak mempan karena isu (ideologi) tadi. Jujur saja kami sudah tidak bisa ngomong. Tergerus,” imbuhnya.

Lain lagi dengan pandangan Sekretaris DPD I Golkar Bali, Nyoman Sugawa Korry. Menurutnya, hibah masih tetap bermanfaat sebagai strategi untuk mempertahankan kursi bagi caleg incumbent. Namun, itu hanya efektif bila disertai dengan komunikasi politik yang terus dibangun antara caleg itu sendiri dengan konstituennya.

“Masyarakat pasti ingat. Lain halnya kalau prosesnya tidak benar. Ditambah lagi dengan komunikasi politik yang kurang, mungkin tidak akan bermanfaat. Bagi saya sejauh ini masih ada manfaatnya,” ujar Sugawa Korry.

Disinggung soal perolehan kursi legislatif tingkat provinsi, Sugawa yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Bali ini enggan membeberkan. Namun secara umum dia tidak memungkiri terjadinya penurunan. “Tapi tidak separah partai lainnya,” tegasnya.

Baginya, Golkar terhitung cukup bertahan dalam pemilu kali ini. Terlebih, di masa-masa injury time, Golkar Bali tak habis-habisnya dilanda persoalan. Mulai dari kasus hukum yang menjerat mantan Ketua DPD I, I Ketut Sudikerta, hingga akhirnya ditetapkan sebagai tersangka. Serta reaksi atas keputusan DPP yang menetapkan kepengurusan partai yang dipimpin Plt.

“Masih relatif mampu bertahan. Survive. Golkar itu partai senior. Sudah lebih teruji menghadapi berbagai kendala atau hambatan,” pungkasnya.

Sesuai prediksi, Golkar sendiri diperkirakan kehilangan dua kursi di DPRD Bali. Dua calonnya yang diperkirakan terpental antara lain Made Dauh Wijana, pengganti antarwaktu yang terhitung calon incumbent dari dapil Gianyar. Kemudian IB Pada Kesuma dari dapil Badung yang juga terhitung incumbent.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X