METROPOLITAN.id - Bak jatuh tertimpa tangga pula. Mungkin perumpamaan itu tepat mengambarkan kondisi Ardhan Maulana. Warga Kota Bogor ini mengalami kejadian tak menyenangkan saat terpapar Covid-19.
Ardhan merupakan satu dari sekian banyak penyintas Covid-19 yang memiliki pengalaman pilu saat terpapar virus menyebalkan ini. Ia beserta keluarganya harus menerima perlakuan tidak menyenangkan dari tetangganya sendiri.
Diasingkan hingga statusnya terpapar Covid-19 diumumkan melalui pengeras suara masjid, Ardhan alami.
Ardhan sendiri tidak pernah menyangka akan menjadi bagian dari orang-orang hebat yang survive melawan virus menyebalkan ini.
Kisah ini pun Ardhan curhatkan melalui buku berjudul Antologi Kata Penyintas Covid-19 yang ditulis oleh sepuluh mantan pasien virus Corona asal Bogor.
-
Mulanya, Ardhan menjalani rutinitas pekerjaan seperti biasa. Sehari-hari ia berpergian dengan menggunakan alat transportasi Kereta Rel Listrik (KRL).
Namun, semuanya berubah pada minggu terakhir di Agustus 2020. Ardhan merasakan keanehan pada tubuhnya.
Menginggil, sakit dan linu, suhu panas di tubuh tidak menentu, sesekali bersin yang tidak wajar hingga diare ia alami secara mendadak. Kejadian ini berlangsung hingga tiga hari.
Ardhan pun akhirnya memutuskan untuk memeriksakan diri ke klinik terdekat kediamannya. Disitu, dokter mendiagnosa ia mengalami sakit lambung hingga memberikan obat dan menyuruhnya isitirahat.
Namun malam harinya setelah berobat, tubuhnya kembali merasakan demam tinggi, mengigil dan badan sakit-sakit. Anehnya, besok paginya gejala-gejala tersebut sudah tidak ada lagi. Ardhan pun memutuskan untuk melakukan rutinitas pekerjaannya lagi.
Akan tetapi keanehan muncul saat ia mandi. Ardhan merasa hidungnya tidak bisa mencium aroma sabun dan shampo yang digunakannya. Ia pun panik hingga teringat gejala yang sama terkait Covid-19.
Akhirnya, Ardhan memutuskan bakal melakukan swab test untuk memastikan keadaannya tubuhnya. Sembari ia tak lupa memberitahu keluarga terdekat, bahwa ia mengalami gejala seperti Covid-19.
Tiga hari setelah melakukan isolasi mandiri (Isoman) di rumah, jadwal swab test akhirnya keluar. Ardhan pun melakukan test Covid-19 dan setelah itu melanjutkan Isoman sambil menunggu hasil swab tes keluar.
Sepuluh hari berselang, hasil swab test Ardhan keluar. Puskesmas menyatakan ia positif Covid-19. Akhirnya, ia pun melanjutkan Isoman di kamarnya, tepatnya di lantai dua, sedangkan keluarganya tetap beraktivitas di lantai dasar.
Awalnya tidak ada keanehan selama ia menjalani Isoman setelah dinyatakan positif Covid-19. Namun dua hari berselang ada peristiwa yang tak disangka bakal dialami Ardhan dan keluarganya.
Tepat pada siang hari, tiba-tiba seseorang mengumumkan ada warga yang terpapar Covid-19 melalui pengeras suara masjid di dekat rumahnya. Kemudian, orang tersebut menyebut nama dan lokasi tepat rumahnya.
Mulanya ia tidak merasa janggal. Karena, dari pengumuman itu banyak kerabat yang menghubungi untuk sekadar menanyankan hingga menyemangati dirinya, agar tetap tetap kuat mengalahkan virus menyebalkan ini.
Tapi semua berubah setelah tersebar informasi hoax di tetangga sekitar terkait kasus positifnya. Bahkan, atas informasi yang tidak benar ini, Ardhan dan keluarganya mengalami perbuatan yang tidak menyenangkan, seperti dikucilkan.
Bermula dari beberapa Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 berjaga di depan gang rumahnya. Hingga, adanya larangan keluarganya untuk sekadar membuka pintu hingga membuang sampah di depan rumahnya. Disitu Ardhan kesal dan mengadukan persoalan ini ke aparatur wilayah, melalui sambungan telepon.
Namun ternyata masalah tidak hanya berhenti disitu saja. Esoknya beberapa orang terlihat memasang tali dan bambu, membentuk sebuah pagar di jalan setapak di kediamannya. Pagar ini terpasang menghalangi warga yang hendak melintas depan rumahnya.
Ardhan pun naik pitam hingga mengabadikan persoalan ini dengan memvideokannya. Tak berpkir lama, ia juga mengunggahnya ke media sosial (Medsos) yang dimilikinya. Di mana, beragam respon menanggapi video tersebut.
Tak sampai situ, Ardhan juga mengadukan persoalan ini ke mentor di komunitasnya yang juga merupakan Inisiator Relawan Teman Covid (TemanCo), Ara Wiraswara. Tak butuh waktu lama, teman-temannya pun datang untuk meluruskan persoalan ini ke aparatur wilayah. Hingga akhirnya pagar yang dibuat dari tali dan bambu itu pun dibongkar.
"(Sebenarnya) Kondisi fisik terasa amat sehat, sudah tidak ada gejala, tapi mental terasa terganggu dengan perilaku tidak mengenakan dari tetangga," keluh Ardhan seperti yang tertuang dalam buku Antologi Kata Penyintas Covid-19.
"Ditambah adik perempuan juga positif, semakin berat rasanya menjalani hari-hari, dan hanya bisa menyemangati adik karena setelah dinyatakan positif dia menangis sendiri di dalam kamar dan tidak mau makan," sambungnya.
Hari demi hari pun Ardhan lalui dengan ketidakpastian. Bahkan, ia sampai menyerah dan tidak mempedulikan lagi status positif Covidnya ini. Karena, dua kali menjalani swab test, hasilnya masih dinyatakan positif Covid-19.
Ardhan pun hanya bisa berpasrah dan selalu memanjatkan doa agar selalu dikuatkan oleh Allah SWT. Ditambah, banyak kerabat dan keluarga yang mendoakan kesembuhannya hingga menghiburnya dengan sekedar mengirimkan makanan.
"Selang beberapa hari kemudian swab ketiga keluar dan alhamdulillah sudah negatif, disitu langsung menginfokan ke semua orang bahwa sudah negatif dan benar-benar sembuh," ujarnya.
Sementara itu, pengagas buku Antologi Kata Penyintas Covid-19, Ara Wiraswara menuturkan, persoalan yang dihadapi Ardhan Maulana merupakan satu dari sekian banyak pengalaman yang dialami penyintas Covid-19. Di mana, setiap surviver mempunyai ceritanya masing-masing saat menghadapi virus Corona ini.
"Dari tetangga tidak suport, mengalami gejala hebat, pengalaman di ruang ICU dan segala macamlah. Menurut saya cerita-cerita berbeda ini menarik juga kalau dibukukan, walaupun mereka bukan siapa-siapa (publik figur)," kata Ara.
"Yang jelas mereka penyintas Covid-19 yang punya cerita sehingga saya tawarkan dan mereka setuju dan jadilah buku ini," sambungnya.
Buku ini juga, dijelaskan Ara, sebagai respon terkait masih ada segelintir pihak yang menganggap Covid-19 itu tidak ada, aib dan menganggap segala macamnya.
"(buku ini untuk) Menggugah masyarakat yang belum percaya. Buku ini menceritakan sebagian kecil yang sudah dirasakan surviver saat mengalami Covid. Menjelaskan ada atau tidaknya (Covid-19)," tandasnya. (rez)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.
Terkini
Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 14:35 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 14:00 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 13:53 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 13:37 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 13:31 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 08:00 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 07:00 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 06:15 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:22 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 11:05 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:03 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 15:28 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 15:10 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 14:29 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 14:21 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 14:18 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 13:43 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 11:48 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 10:45 WIB