METROPOLITAN.id - Lembaga Studi Visi Nusantara Maju (LS-Vinus) bersama Democracy Electoral and Empowerment Partnership (DEEP) merilis hasil Survei popularitas dan elektabilitas Calon Bupati Bogor periode 2024-2029. Direktur DEEP, Yusfitriadi menjelaskan, Survei ini dilakukan medio Juni hingga Agustus 2021. Metodologinya, instrumen Survei didistribusikan kepada 600 responden di 40 kecamatan se-Kabupaten Bogor. Setiap kecamatan terdiri dari 15 responden. Sementara sampelnya adalah 600 opinion maker yang terdiri dari akademisi, tokoh agama dan masyarakat, aktivis perempuan, aktivis pemuda, LSM, dan pengusaha. Metode penarikan sampelnya sendiri menggunakan cluster random sampling. "Untuk instrumen surveynya terdiri dari tiga bagian, pertama tabel daftar nama tokoh yang masuk ke dalam bursa Calon Bupati Bogor berdasarkan analisas LS-Vinus. Kedua, kolom untuk usulan nama tokoh yang menurut responden layak menjadi bupati dan wakil bupati Bogor. Ketiga, responden memberikan penilaian terhadap kinerja bupati bogor berdasarkan lima indikator performa," ujar Yusfitriadi, Rabu (22/9) malam. Hasilnya, untuk tingkat popularitas, petahana Bupati Bogor Ade Yasin masih menjadi orang nomor satu di Kabupaten Bogor terpopuler untuk Calon Bupati Bogor 2024 dengan persentase 10,16 persen dari total jumlah vote 3760 suara. Di posisi selanjutnya, nama Ade Ruhandi atau Jaro Ade yang juga maju di Pilkada Kabupaten Bogor sebelumnya bertengger. Ia menjadi Calon Bupati Bogor terpopuler kedua dengan persentase 8,32 persen. Di posisi selanjutnya, muncul figur baru yakni Rudy Susmanto dengan persentase 7,93 persen. Rudy saat ini menjabat sebagai Ketua DPRD Kabupaten Bogor. Untuk hasil Survei elektabilitasnya pun tak jauh berbeda. Petahana Bupati Bogor Ade Yasin masih menduduki peringkat teratas dengan meraih 18,57 persen dari total jumlah vote 1.260 suara. Sedangkan di peringkat kedua, Ade Ruhandi meraih 16,43 persen. "Tokoh lain yang memiliki elektabilitas untuk menjadi Calon Bupati Bogor 2024-2029 masih ditempati oleh tokoh sentral partai politik tingkat kabupaten dan provinsi, politisi aktivis, dan para eks tokoh yang pernah mengikuti pencalonan bupati pada pilkada sebelumnya," tandas Yusfitriadi. (fin)