METROPOLITAN.id - Meski Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) terus menyebar luas, masyarakat diminta tidak khawatir mengonsumsi susu dari hewan ternak maupun dagingnya. Meski terkena PMK, susu dan dagingnya aman untuk dikonsumsi. Kabid Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) pada Diskanak Kabupaten Bogor, Prihartini mengatakan, PMK bukanlah penyakit zoonosis atau penyakit yang bisa ditularkan ke manusia. Sehingga, dagingnya pun masih aman dikonsumsi. "Jadi jangan takut makan daging dan minum susu karena tidak menular ke manusia. Akan lebih aman kalau direbus," kata Prihartini, Selasa (21/6). Meski demikian, ada bagian tubuh tertentu pada hewan yang terjangkit PMK yang tidak boleh dimakan. Yaitu bagian organ dalam atau jeroan dan bagian mulut seperti bibir dan lidah. Saat ini, pihaknya juga masih menunggu jatah vaksin PMK dari pemerintah pusat. Vaksin yang sudah didistribusikan pemerintah pusat baru sebanyak 10 ribu dosis untuk se-Indonesia. Kabupaten Bogor sendiri baru kebagian 100 dosis vaksin PMK. Secara keseluruhan, pihaknya mengajukan sebanyak 5 ribu dosis vaksin. “Vaksin yang sudah didistribusikan baru 10 ribu se-Indonesia. Hari ini kita dapat 100 dosis. Katanya Minggu nanti datang 3 juta vaksin ke pusat. Untuk di kabupaten Bogor kita ajukan 5000 dosis,” kata Prihartini. Menurutnya, vaksin-vaksin tersebut akan diprioritaskan untuk sapi perah terlebih dahulu. Sebab, sapi perah lebih rentan mati jika sudah tertular. “Yang paling banyak itu di Kawasan Usaha Peternakan (Kunak) di Pamijahan, lebih rentan sapi perah. Kalau sapi potong rata-rata satu minggu sampai 10 hari bisa disembuhkan,” jelasnya. Saat ini, tercatat masih ada 753 ekor sapi yang sakit, terdiri dari 524 sapi perah dan 229 sapi potong. Sementara sapi yang sudah dinyatakan sembuh sebanyak 182 ekor, terdiri dari 39 ekor sapi perah dan 143 ekor sapi potong. “Untuk ternak dalam pengobatan ada 474 ekor, yang mati 13 ekor dan yang dipotong paksa khawatir makin kurus karena sakit sebanyak 17 ekor,” terang Prihartini. Ia menjelaskan, 2.433 sapi yang terancam atau berisiko tinggi tertular PMK di kawasan peternakan sapi perah. dengan jumlah peternak sebanyak 106 orang. Akibatnya, terjadi penurunan produksi susu dampak dari PMK rata-rata 15 – 85 persen per ekor. “Terkonsentrasi di kawasan itu sebenarnya. Tapi kasusnya ada di 50 desa yang tersebar di 25 kecamatan. Rata-rata sapi dari Jonggol, Jawa Timur, Jawa Tengah. Kebanyak dari luar, bukan dari lokal,” tandasnya. (fin)