Kalau ditutup kita mati semua, kecuali dikasih tempat untuk sementara sama Bima Arya (Wali Kota Bogor, red),” ucapnya.
Berbeda dengan Ace, Sumarni (63) penjual minuman sekaligus warga asli di Jalan Raya Otista justru merasa tidak keberatan terhadap pembangunan Jembatan Otista.
Selama itu dilakukan untuk kebaikan Kota Bogor di masa depan.
“Bagaimana juga ya terganggu jualan ya kalau ditutup total jalannya.
Tapi ya dibilang keberatan juga, gimana ya.
Saya sih mendukung saja selama untuk kebaikan kedepannya,” ucapnya.
Sumarni tidak merasa takut lantaran beranggapan bahwa rezeki sudah diatur oleh Tuhan.
Belum lagi, hal ini disebutnya bukan yang pertama kali.
“Dulu juga pernah sih ada pelebaran jalan, tahun 1978 kalau nggak salah.
Cuma kan nggak total, dulu mah jalan dua jalur.
Sebab kalau jalan ditutup juga, kan mobil motor mah nggak pernah beli.
Kebanyakan yang beli dan jajan itu pejalan kaki,” tuntas Sumani. (cr1/c/ryn)